Kama tersenyum kala menangkap mobil Aren berhenti di gedung kantor Kam's. Kaca mobil yang diturunkan membuat Kama membungkuk, balas menatap pria itu yang duduk di balik kemudi.
"Mbak Kamalia?" tanyanya mendadak berpura-pura jadi driver taksi online.
"Benar, Mas," Kama pun menanggapi sambil menahan tawa.
"Tujuannya The Plaza ya, Mbak?" Aren kembali bertanya ketika Kama sudah duduk di samping kemudi.
"Em-hm," angguk Kama sambil memasang seatbelt.
"Mau ngedate sama pacar ya, Mbak?"
"Bukan. Sama temen, Mas."
"Ouch," Aren langsung memegang dadanya. "Sakit banget masih dianggap teman."
Kama terbahak.
"Mau gantiin nyetir nggak?" tawarnya. "You still tired, right?"
Aren mengulum bibir. Menahan diri agar tidak baper. Dia tahu Kama memang perhatian. Bukan hanya padanya, tapi juga teman-teman terdekatnya. Waktu Aren bilang ingin mendekati Kama pada Ode—pria itu banyak memberikan peringatan pada Aren. Salah satunya soal Kama yang masih tahap menyembuhkan diri dari kegagalan serta kebaikkan gadis itu yang jangan sampai Aren salah pahami.
"I'm okay. No worries," katanya.
"Kalau mau gantian bilang aja, ya," katanya.
"Sure,"
Perjalanan menuju The Plaza tetap terasa menyenangkan meskipun mereka terjebak macet. Aren membagi cerita-cerita lucu yang terjadi di lokasi syuting dengan Kama. Salah satunya bagaimana suasana syuting yang kebanyakkan bercanda sampai orang-orang memutuskan untuk menjauhi Aren.
"Gara-gara aku ngikutin meme di twitter, orang-orang pada ketawa kalau ngeliat aku. Scene aku sama Nisa bahkan sampai di-take berkali-kali karena kami nggak bisa serius. Terus si Wisnu bilang nggak usah main sama Aren, bisa-bisa syuting nggak kelar karena ngelawak mulu. Alhasil aku dijauhin sama semua orang."
"I'm not surprised," Kama menggeleng geli. "Kadang aku bingung kamu itu aktor atau pelawak, sih."
Aren nyengir. "Sebenarnya kalau nggak sukses jadi aktor, aku memang berminat jadi pelawak, sih."
"I think you can be successful in those two field," ucap Kama serius. Aren memang sehumoris itu.
"I will try. Tapi buat sekarang manajemen aku masih mau aku fokus di akting."
"That's not bad, tho."
"Kamu nggak ilfeel kan kalau aku beralih profesi jadi pelawak?" tanya Aren jail.
"Nggak lah!" bantah Kama. "Memang ada yang salah dari seorang pelawak? Bikin ketawa orang itu susah, lho."
Sampai di The Plaza mereka menaiki lift yang mengantarkan mereka ke lantai 42, sebelum akhirnya diarahkan lagi menuju lantai 49 dimana restoran & bar Cloud Lounge berada. Aren yang sudah mereservasi table membuat mereka langsung dilayani dan diantarakan menuju meja. Mereka memesan makanan dengan cepat kemudian melanjutkan obrolan.
Sejujurnya, salah satu hal yang membuat Kama sulit membangun hubungan baru dengan orang lain adalah karena hampir semua tempat dining romantis di Jakarta sudah pernah ia datangi bersama Ethan. Bisa dibilang, masa pacarannya dengan Ethan lumayan produktif. Mereka selalu menyempatkan waktu untuk cundle light dinner di luar, liburan bersama, dan terkadang olahraga bareng.
Memang semua ide itu berasal dari Kama. Namun Ethan tidak pernah menolak dan tampak tak keberatan dengan segala aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan. Padahal semua orang tahu, Ethan susah sekali diajak keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Heartbreak
Romance[Completed] Dua tahun setelah pernikahannya batal dengan Ethan, Kama mendapatkan undangan pernikahan dari Mikaela--sahabat sekaligus adik kandung Ethan--yang akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Nicholas setelah enam tahun mereka berpacaran. Kam...