#17 - airplane thoughts

23.5K 2K 156
                                    

Lamaran Ethan menjadi kabar paling mengejutkan sekaligus membahagiakan. Pertemuan keluarga langsung digelar dan tanggal pernikahan pun ditetapkan. Kebahagiaan Kama benar-benar tak bisa digambarkan. Wajah gadis itu yang selalu tampak berseri-seri menjadi bahan ledekkan bagi semua orang. Tapi Kama senang-senang saja diledek. Dia juga tak ingin menutupi rasa senangnya pada siapapun. Termasuk Ethan yang sampai keheranan karena Kama jadi super duper ceria.

"I just want to know," Ethan bertanya di perjalanan mereka meeting dengan WO. "Kenapa kamu bisa yakin buat nikah sama aku?"

Kama memundurkan sedikit wajahnya. Balik heran dengan pertanyaan Ethan. "Karena aku cinta sama kamu, Mas. Apalagi?"

"Cuma karena kamu cinta sama aku?"

"Of course not." Kama menggeleng. "Another reason, karena aku udah kenal kamu, kita juga udah pacaran cukup lama buat aku semakin kenal kamu. Dan selama itu, you treat me really well. You're so kind to me. Apalagi yang harus aku raguin dari kamu?"

"Maybe one day I will disappoint you, because it turns out I'm not as good as you think."

"Nobody is perfect." Balas Kama. Menatap Ethan serius. "Begitu juga aku. Sekarang aku balik deh pertanyaannya. Kenapa kamu kepikiran buat ngelamar aku?"

"Karena aku tahu aku nggak akan pernah nemuin wanita kayak kamu lagi." Ethan menatap Kama lurus-lurus lalu tersenyum kecil. "You're sweet, kind, and loving person. I'm a stupid man if I waste you."

"And I'm a stupid woman if I waste you," balas Kama.

Kama mencintai Ethan dengan segala kekurangan dan kelebihan pria itu. Dia rela mengorbankan dirinya untuk Ethan. Sebab itu, ketika Kama membatalkan pernikahan mereka. Kama sama sekali tidak mau bertemu Ethan. Dia tahu, berhadapan langsung dengan Ethan yang memohon dan meminta Kama melupakan apa yang ia dengar, mungkin berpotensi bikin Kama luluh.

Atau mungkin Kama akan berpura-pura tak mendengarnya agar mereka tetap bersama meskipun hatinya sangat hancur.

Terlebih dia sedang berada di situasi mendesak. Hari pernikahan yang semakin dekat serta rasa cinta yang besar pada pria itu mungkin dapat merubah keputusannya.

Kama tidak menyangka niatnya yang ingin memberi kejutan pada Ethan justru malah menjadi mimpi buruk untuknya.

Hari itu Kama datang ke kantor Ethan tanpa pemberitahuan. Kama menjinjing dua paperbag dari restoran favorit mereka dengan senyum lebar. Baru saja dia akan mengetuk pintu, suara keras yang menggelegar membuat Kama mengurungkan niatnya. Itu suara ayah Ethan. Pintu yang tidak tertutup rapat memberi Kama celah untuk mengintip. Di lihatnya Ethan bediri berhadapan dengan sang ayah dalam suasana tegang dan penuh kemarahan.

Ethan memang tidak terlalu akur dengan ayahnya. Cuma ini kali pertama Kama melihat mereka bertengkar.

Menyadari bukan waktu yang tepat untuknya menemui Ethan. Kama lantas membalikkan badan, bersiap pergi kalau saja dia tak mendengar namanya disebut.

"APA YANG ADA DI OTAK KAMU SAMPAI MASIH NEMUIN PEREMPUAN ITU?! KALAU KAMA TAHU GIMANA?!"

Jantung Kama mencelos. Dia menelan saliva, menggeser sedikit badannya dan mengintip ke dalam.

Wajah Ethan memerah karena marah, dia balas melotot dan murka. "Aku nggak akan nemuin dia kalau Papa nggak gangguin dia lagi! Aku udah ngelakuin semua yang Papa mau! Apa itu nggak cukup?!"

"Sebelum Kama jadi bagian dari keluarga kita, itu nggak pernah cukup," ucap Rendra dengan suara rendah dan tajam. Sementara Kama menegang di tempatnya. Seperti baru saja tersambar petir. "Hanya beberapa hari sebelum pernikahan kamu dan Kama. Jangan mengacau, Ethan."

Feel My HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang