Berkencan lagi dengan Ethan membuat Kama agak gugup. Bukan karena ia excited bisa menghabiskan waktu dengan pria itu. Malah Kama hanya berdandan seadanya. Dia tidak juga ribet dan pusing harus memakai apa. Menemukan ada black lace trim satin di wardrobe, Kama memutuskan memakainya. Lalu melapisinya dengan blazer oversize warna hitam agar lebih sopan. Berbeda sekali dengan kencan mereka pertama kali—dimana Kama berpenampilan all out.
Sekarang Kama bertekad untuk tidak mengeluarkan terlalu banyak effort dalam kencan mereka.
Meskipun begitu, Kama mengakui perasaan gugupnya terjadi sebab ia takut pada dirinya sendiri. Kama ingin lebih tegas dalam membentengi hatinya. Ia tidak boleh terbawa perasaan atau luluh dengan mudah meskipun sikap Ethan sangat membuatnya goyah. Ia harus bisa mengenyahkan pengaruh Ethan dalam dirinya dan memandang situasi ini dengan kepala dingin.
Kama memeriksa jam di ponselnya begitu selesai memasang anting. Di detik yang sama, chat Ethan masuk.
Mas Ethan
Aku udah di depan.Kama tak membalas. Namun langsung mengambil tas lalu keluar dari kamar menuju pintu.
"Sorry, Mas. Tadi—" kata-kata Kama tertahan saat sebuket bunga mawar putih muncul di depan wajahnya. Ketika mendongak, Ethan tersenyum manis sampai deretan giginya yang rapi beserta lesung pipinya kelihatan.
"Hi," sapanya dengan suara lembut sekali.
Kama mengerjap. Bohong sekali penampilan Ethan tak membuatnya terpesona. Pria itu mengenakan kaos putih yang dilapisi dengan jas warna hitam. Senada dengan dress-nya malam ini. Belum lagi rambutnya yang di-styling comma hair membikin Ethan jadi makin kelihatan tampan.
Oh, Kama, come on. Baru beberapa menit yang lalu kamu bertekad tidak baper.
"Hi," Kama membasahi bibirnya. Lalu memandang buket bunga yang Ethan berikan. "Buat aku?"
"Buat siapa lagi?"
Kama menerima bunga itu ragu-ragu. "Makasih."
"Jalan sekarang?" tanya pria itu.
Kama mengiakan. "Tapi aku taruh ini di dalam dulu, ya. Agak ribet kalau mau dibawa."
"Sure," Ethan mengangguk.
Tidak ingin membuat Ethan lebih lama menunggu. Kama masuk ke dalam apartemennya dan menaruh mawar putih itu di meja. Selama sesaat dia sempat terdiam. Tanpa bisa dicegah, ingatan tentang kenangan masa lalu kembali terputar di dalam kepalanya.
"Kamu tau nggak beda mawar putih sama mawar merah?" tanya Kama sembari mencium bunga mawar merah yang Ethan berikan padanya di hari ulang tahunnya.
Ethan yang tengah menyetir menoleh lalu menggeleng.
"Mawar merah itu cara klasik buat bilang 'I love you' ke pasangan. Makanya kalau mau nembak, orang-orang suka kasih mawar merah karena dia punya arti kasmaran, keberanian, keromantisan, dan cinta yang menggebu-gebu." Terang Kama. "Sementara mawar putih itu identik sama ketulusan cinta. Simbol dari cinta sejati, kesucian cinta, kerendahan hati. Jadi, kalau lagi marahan sama pasangan, banyak yang kasih mawar putih."
Ethan manggut-manggut. "Then which one do you prefer?"
"Honestly, white roses," jawab Kama kemudian mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Ethan di atas persneling. "Tapi bunga apapun yang kamu kasih, aku suka kok. Makasih ya, Mas."
Kama memejamkan mata. Memudarkan bayangan itu sebelum kembali membuka mata. Kama bisa menebak tujuan Ethan memberinya mawar putih untuk menunjukkan ketulusannya. Well, walaupun Kama tahu Ethan akan mengeluarkan banyak effort—tetap saja, dia tak bisa menebak effort apa saja yang akan pria itu lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Heartbreak
Lãng mạn[Completed] Dua tahun setelah pernikahannya batal dengan Ethan, Kama mendapatkan undangan pernikahan dari Mikaela--sahabat sekaligus adik kandung Ethan--yang akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Nicholas setelah enam tahun mereka berpacaran. Kam...