▶️ SIMFONI HITAM - Sherina Munaf
*
Floren bergegas mengangkat tubuh Chika, kepalanya tak henti-hentinya mengeluarkan darah karena luka benturan yang ia alami tadi.
"Dokter! Suster! Tolong! Tolong teman saya!" Panik Floren.
Freya ingin marah rasanya, tapi apa daya, ia harus menerima bahwa perasaan Floren pernah menyukai seorang gadis selain dirinya.
Apalagi dia hanyalah sesosok hantu, hantu yang mencari keberadaan orang yang sudah tiada sama sepertinya.
Chika dibawa ke UGD, dokter segera melakukan pertolongan pertama.
Floren yang gelisah hanya berjalan bulak balik di depan pintu UGD.
Drttt
Drttt
Saat sedang gelisah, ponsel miliknya bergetar, dengan sigap Floren mengambil ponselnya untuk mengangkat telpon masuk.
"Halo?"
"Dengan saudara Floren?"
"Iya, saya, ada apa ya?"
"Maaf.. Tapi Ibumu dibawa ke rumah sakit, Dan sekarang keadaannya kritis.. Datanglah Ke Rs. Cipto Kusumo, kamar no. 17"
"APA?! BAIK SAYA KESANA SEKARANG!"
Floren yang panik pun segera meninggalkan ruang UGD, ke kamar no.17, beruntunglah dia sedang berada di rumah sakit yang dimaksud orang tadi.
"Ada apa? Ku ikuti saja"Batin Freya.
Floren terus melihat ke kanan dan ke kiri, tak lama kemudian ia menemukan no kamar yang disebutkan.
Brak
"Ibu?! Astaga apa yang terjadi padamu Bu?!" Khawatirnya.
Ibu nya terlihat masih menahan sakit, "ibu?" Panggilnya.
"Tuan tenanglah, ibu anda sedang kami tangani" ucapnya.
Floren hanya menghela nafas pasrah, ia pun keluar dari kamar itu, dan bertemu sang ayah yang terlihat baru keluar dari toilet.
"Pa? Apa yang terjadi pada ibu?!" Tanya Floren pada Kinal yang terlihat tenang.
"Gara-gara kamu! Kalo kamu dengerin papa dengan gak usah main alat musik yang gak berguna itu, mungkin ibu kamu gak akan kayak gini.." kesalnya sambil mendudukkan diri.
Floren menunduk, ia benar-benar bingung apa yang terjadi.
"Sepertinya aku harus masuk dan memeriksa sekarang"Batin Freya.
Freya masuk menembus pintu, ia mulai mendekat ke arah sang ibunda Floren.
Meletakan tangannya di kening Shanju. Untuk membaca memori sang ibu.
Freya menutup matanya mulai membaca memori ibu Floren.
"Hahaha kamu bodoh sekali Shanju.. Sudah tahu suami mu sudah tak mencintaimu! Bukankah aku baik sekali memberikanmu apa yang kamu mau?! Apa? Kamu ingin mati?! Tentu saja aku bisa memberikan ajal untukmu Shan.. Tenang saja.." Sarkas seorang wanita disampingnya. Sambil memasukan sebuah bubuk putih ke dalam minuman yang ia pegang.
"Menjauh dariku! Aku tidak bilang aku mau mati!! Jangan macam-macam kamu Veranda!!"
"Oh ayolah.. Aku tidak akan macam-macam, aku hanya ingin kamu mati! Minum ini!"
Veranda memasukan paksa minuman yang ia bawa ditangannya.
Shanju memberontak, "sialan! CEPATLAH MENURUT SAJA SHANJU!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Always be My Queen[End]
Fanfiction"Aku akan selalu bersamamu, Pangeranku" "You'll Always be My Queen sekarang dan selamanya"