15

670 84 13
                                    

   Tak terasa sudah satu minggu semenjak kepergian Kinal.

Semuanya berubah, Floren yang awalnya tidak ingin menampilkan identitasnya didepan umum, dengan terpaksa ia harus mengambil alih semuanya dan membiarkan semua orang tahu identitas dirinya yang sebenarnya.

Seperti hari ini, ada rapat bersama dosen di kampus milik Kinal. Dia bukan lagi mahasiswa, ia keluar dari kampus itu untuk mengurus kampus yang awalnya dinaungi papanya itu.

"Jadi, saya ingin kalian tetap konsisten, menjalankan strategi kampus agar kampus ini terus berjalan seperti biasa, saya selaku anak dari Kinal tak akan menutup atau menyerahkan kewajiban saya untuk mengurus semua aset papa saya, mohon bantuannya semua.." ucapnya diujung rapat yang sudah mereka laksanakan.

*

Floren terlihat keluar dari aula kampus, berjalan dengan gagah tanpa mendengarkan bisikan-bisikan orang yang melihatnya.

"Hey? Bukannya itu pria aneh itu?"

"Shutt, jaga mulutmu, dia itu anak pemilik kampus, apa kamu belum mendengarnya?"

"Wah? Benarkah?"

"Ya.. Dia anak tuan Kinal, katanya papanya baru saja meninggal sekitar seminggu yang lalu"

Floren yang mendengarnya reflek menghentikan langkahnya.

Berbalik, ke arah kedua mahasiswi yang berada diujung lorong.

"Hey.. Dia melihat kearah sini.."

"Kalian.. kemari!" Panggilnya dengan nada tegas.

"Eh? Ya ada apa Floren?" Tanya salah satu gadis.

Floren mendekat, menatap lekat mata gadis yang lebih pendek darinya, berjalan maju perlahan, membuat gadis didepannya gelagapan, dan reflek berjalan mundur. Sampai ia menabrak tembok, teman satunya tertegun. Ia hendak membantu, tapi tangan Floren mengisyaratkan bahwa teman satunya tidak boleh ikut campur.

Floren mengurung gadis didepannya dengan kedua tangannya yang besar.

Keduanya menatap takut ke arah Floren, "berhenti membicarakan papaku! Kamu mengerti?!" Titahnya dengan nada datar dan dingin.

Gadis itu sudah gemetaran, ia dengan ragu menganggukkan kepalanya, Floren mendesis, ia pun beranjak memberi jarak, dan kembali berjalan keluar meninggalkan gadis yang sedang terdiam dengan tubuh yang gemetar.

"Hey? Kamu tak apa?!" Khawatir temannya.

"Aku tidak papa, Indira.."

"Syukurlah, sudahlah lebih baik kita masuk Man, aku jadi takut padanya" ajak Indira. Manda hanya mengangguk, ia pun pasrah saat Indira menarik tangannya menuju kelas mereka.

*

Brukk

"Ah hari ini melelahkan sekali.. Fre? Freya?" Panggil Floren.

Hening, tak ada siapapun yang menyapa, ia pun berinisiatif ke dapur untuk mengecek, dan benar saja, Freya sedang berusaha berkutik dengan alat masak, ia masih penasaran bagaimana caranya manusia memasak makanan enak.

Dannn..

Grrrr

"AAAA" teriaknya saat wajan yang ia gunakan mengeluarkan api.

"Astaga Freya!!" Panik Floren. Ia merebut pegangan wajan yang sedang dipegang Freya. Mematikan kompornya dan menyiram api yang menyala dengan air.

"Huaa Floren.." rengek Freya memeluk Floren, saat melihat Floren berhasil memadamkan api.

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang