Mata kuliah pertama baru saja selesai, seperti biasa, Floren memilih berjalan sendirian menuju pohon rindang dekat taman di kampus milik sang ayah tersebut.
"Haloo tampann.. Sepagi ini sudah cemberut kenapa hm?" Tanya Freya yang tiba-tiba muncul disamping Floren.
Floren hanya menghela nafas panjang, "tidak papa, aku hanya.. mendapat sedikit masalah dengan temanku"
"Masalah? Apa kau diganggu oleh mereka?" Tanya Freya dengan wajah khawatirnya.
"Eum.. Tidak.. Aku juga tak melakukan apapun"
Floren mendudukan diri dibawah pohon rindang dekat taman itu. Tak lupa membuka bukunya, Freya ikut mendudukan diri disamping Floren, menyandarkan kepalanya di bahu lebar pria disampingnya tersebut.
"Floren menyelipkan tangannya agar ia dapat menjadikan tangannya sebagai bantalan leher Freya.
Floren fokus membaca materi untuk mata kuliah selanjutnya, tiba-tiba seseorang datang..
"Floren.." panggilnya.
Floren menoleh, ia menatap sebentar kemudian mengalihkan kembali pandangannya pada buku yang sedang ia baca.
Freya yang melihat wanita didepannya ini hanya menatap sinis, tentu orang didepannya tak bisa melihat keberadaan Freya.
"Floren.. A-aku hanya ingin memberikan ini sebagai permintaan maafku kemarin.." ucapnya.
"Tolong terima ini ya Floren.." tambahnya sambil menyodorkan sebuah coklat ditangannya.
Floren yang merasa tak enak pun hanya mengangguk, "letakan saja, terimakasih Muthe" ucap Floren.
Muthe tersenyum, ia pun berlalu meninggalkan Floren disana.
"Kamu akan memakannya?" Tanya Freya yang mengangkat suara setelah kepergian Muthe.
"Tidak.. Makan saja jika kamu ingin.." Ucap Floren.
"Bolehkah?" Tanya Freya.
Floren mengangguk, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku kuno yang ia pegang.
"Akan ada banyak rintangan, kisah cinta manusia dan hantu tak akan pernah semulus seperti makhluk hidup pada umumnya yang saling mencinta.."
"Fokus banget.. Kamu baca apa sih.." Tanya Freya yang mulai memakan coklat yang diberikan Muthe tadi.
"Buku yang diberikan bapak yang ada di perpustakaan kemarin.." sahutnya.
Floren kembali membaca bukunya, sampai..
"Uhuk.. uhukk.. Aku.. kok ngerasa aneh ya Floren.." Ucap Freya.
Floren yang mendengarnya, langsung menutup bukunya.
"Kenapa?" Tanyanya.
Raut Freya semakin pucat, seolah ada yang membelenggu lehernya.
"Arghh.. Floren.."
"Hey? Ayo kita pulang.. Mata kuliahku di batalkan, kamu bisa beristirahat.."
Saat hendak bangun, tiba-tiba darah hitam keluar dari mulut Freya.
"ASTAGA.. NONA.." Panik Floren.
"ARGHHH.. FLO..
BRUKK
Tubuh Freya Ambruk, kesadarannya hilang.
"HEY? NONA?" Paniknya, ia langsung membawa tubuh itu, menggendongnya ala bridal style menuju mobil.
Wajah yang sudah pucat terlihat makin memucat dengan cairan hitam yang keluar dari mulutnya.
"Aku harus bagaimana nona.." paniknya saat memasuki mobil, mendudukkan tubuh Freya yang tak sadarkan diri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Always be My Queen[End]
أدب الهواة"Aku akan selalu bersamamu, Pangeranku" "You'll Always be My Queen sekarang dan selamanya"