19(M)

1.1K 84 13
                                    

Pukul 08.00 WIB

"Bagaimana kondisi saya Dok? Apa sudah boleh pulang?"

"Hahah kamu sangat bersemangat untuk sembuh, tapi tak apa itu bagus, kondisimu juga sudah lumayan membaik Floren.."

"Iya aku ingin pulang Dok, walaupun tak ada siapapun dirumah tapi rumah tetaplah tempat nyaman untuk pulang bukankah begitu?"

Dokter itupun menggangguk mengiyakan ucapan Floren.

"Oh ya.. Dokter boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tanya saja Floren.."

"Dokter kenal tidak pada Dokter yang bernama Dio?"

Dokter itupun terdiam sejenak,
"Dok?" Panggil Floren.

"Ah ya.. Aku mengenalnya, dia kakakku" sahutnya.

"Benarkah?"

Dokter itupun mengangguk, "harusnya kamu sudah menyadarinya karena nama kami yang mirip" ucapnya menunjuk nametag nya yang bertuliskan 'Deo'.

"Wah aku baru menyadarinya, apa kakakmu masih disini Dok?" Tanya Floren.

"Tidak, dia sudah dipindah tugaskan, ke rumah sakit umum di salah satu Rumah sakit ternama Jakarta"

"Kalau boleh tahu rumah sakit mana dok?"

"Kenapa kamu sangat penasaran akan kakak saya? Apa kamu punya masalah atau urusan dengannya?"

Floren menggeleng, ia gelagapan, harus menjawab apa sekarang.

"Ah itu, papaku menitipkan salam untuknya, dan menyuruhku untuk pergi menemuinya, kamu tahu sendiri bukan papaku sudah meninggal baru-baru ini, dan beliau mengamanatkan agar aku pergi menemuinya" jelas Floren membuat-buat alasan agar Deo mau memberitahu rumah sakit mana yang menjadi naungan kakaknya itu.

"Rumah sakit Cipto Mangunkusomo"

"Ah aku tahu, itu yang ada di Jl. Pangeran Diponegoro"

"Ya benar, kesanalah jika ingin bertemu kakakku, dan salamkan juga salamku padanya, dia sudah beberapa bulan ini tidak pulang ke rumah orang tua kami jadi kupikir dengan kamu menemuinya akan membantu menyampaikan pesanku"

"Baik Dok, tapi sampai kapan saya akan disini? Rasanya saya sudah baik-baik saja Dok"

"Hmm baiklah.. besok ya setelah kita membuka perban dan menggantinya dengan yang baru... Baru kamu boleh pulang.."

"Beneran ya Dok??"

"Tentu saja Florenn.. Kamu sudah seperti adikku sendiri.."

"Terimakasih Dokter Deo.."

Dokter Deo hanya mengangguk, "yasudah jangan lupa diminum ya obatnya, saya permisi dulu masih banyak pasien yang harus saya periksa"

Floren mengangguk semangat dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya walaupun sedetik.

Freya yang melihat kepergian Dokter Deo segera menghampiri Floren.

"Lucu banget sih.. Aku kan jadi pengen gigit.."

"Eitss.. tahan dulu aku masih sakit Freyana.."

"Hehehe.. Hari ini pasti membosankan, mau ke taman?" Tawar Freya.

Floren yang masih memasang wajah berseri itu tentu mengangguk dengan wajah yang menggemaskan.

"Gak usah kek gitu, kelebihan gula tahu gak.."

Floren diam, ia terus tersenyum dengan wajah yang berseri itu.

Freya menarik kursi roda, membantu Floren untuk bangun dan mendudukannya di kursi roda yang sudah ia siapkan.

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang