46

479 80 3
                                    


*Freya POV

Sudah hampir 3jam lamanya, Floren tidur dipahaku, entah kenapa tidurnya sangat tenang padahal di sekitar sangat berisik oleh orang-orang yang mulai datang dan pergi.

Aku terus mengusap lembut rambutnya, memainkannya, mencium aroma rambutnya, aku sangat menyukai aroma rambut Floren.

"Floren?" Panggilku sambil menepuk-nepuk pipinya.

Aku merasa bosan, tapi rasa bosan itu hilang ketika aku memakan es krim yang Floren bawa satu persatu. Entahlah, aku suka melihat tidur dalam damai jadi aku memutuskan untuk tak membangunkannya.

Aku kembali menyentuh pipinya, menepuk-nepuknya agar bangun. Namun Floren masih di posisinya, tidak berubah sama sekali.

Kakiku mati rasa, aku pun membalikkan tubuh Floren, agar menghadap ke atas.

Deg

"F-Floren?!"

"FLOREN?! ASTAGA, KENAPA BARU SEKARANG!!"

Aku berusaha bangun, namun kakiku benar-benar mati rasa, dengan Floren yang masih menutup matanya, dengan darah yang mengalir dihidungnya membuatku merutuki diriku sendiri, kenapa aku tak menyadarinya.

Floren bukan tidur, aku khawatir takut terjadi sesuatu. Benar saja dugaan ku. Ah sialann! Bodoh! Freya bodoh!

Aku terus berusaha bangun, sampai..

"Nghh.." lenguh Floren membuatku menatap langsung ke arahnya dengan air mataku yang sebentar lagi menetes.

"F-Fre.. Apa aku tidur terlalu lama?" Tanya Floren.

Grepp

Aku memeluknya, menarik kepalanya ke dadaku.

"Fre?"

"Aku bilang, kalau sakit, jangan memendamnya.." lirihku.

Aku menangis dalam diam, Floren juga masih terdiam dipelukanku.

Aku terus mendekapnya dengan air mataku yang mengalir, aku takut, aku takut dia tak kembali padaku..

*Freya POV End

Floren masih diam, ia memandang bingung sekitar. Kenapa? Apa selama ia tidur terjadi sesuatu, sampai..

Sebuah cairan merah pekat mengalir tepat masuk ke mulutnya.

Deg

Ia mengangkat tangannya, meletakannya di bawah hidungnya. Dan benar saja, darah dari hidung kembali mengalir tiba-tiba.

"F-Freya.. Apa karena ini kau memelukku?"

Freya mengangguk.
"Lagi-lagi.. Aku membuatmu khawatir, padahal ini hari pertamamu, maafkan aku.." lirih Floren membalas pelukan Freya.

Freya menggeleng, "kamu lebih penting, lupakan tentang hari pertama, apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku Floren.."

Freya terdengar seperti habis menangis, Floren yang khawatir mengadahkan kepalanya, melepas pelukan mereka untuk duduk di samping Freya.

Menghapus air mata yang mengalir di pipi Freya, sambil menghapus darahnya sendiri dihidungnya.

"Kamu juga penting buat aku Fre.. Makanya.. Aku.. Gak mau bikin kamu khawatir terus, aku harap begitu, tapi..

Freya menggeleng, "jangan pernah sembunyiin sakit kamu lagi.. Aku lebih baik direpotkan olehmu seperti kamu yang selalu rela aku repotkan" Sahut Freya menggenggam tangan Floren yang berada dipipinya.

Floren tersenyum, mengelus lembut pipi Freya menggunakan ibu jarinya. Tatapan hangat yang selalu ia salurkan, terasa sangat tenang bagi Freya yang melihatnya.

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang