42

454 76 7
                                    

"Apakah urusanmu benar-benar sudah selesai nak? Tinggalah lebih lama, kakek akan kesepian.." pinta sang kakek yang mengantarkan Floren ke arah kenadaraanya.

"Sudah kek, maaf aku tidak bisa tinggal lebih lama, aku punya urusan yang lebih penting, jadi terimakasih untuk kebaikan kakek, terimakasih sudah mau saya repotkan"

"Tak apa nak, suatu hari jika ada urusan lagi ke daerah sini, kunjungilah kakek ya.. kakek akan sangat senang"

"Baik kek, dengan senang hati, kalau begitu aku pamit dulu.." pamitnya memakai helm kemudian mulai menyalakan mesin motornya.

"Iya nak Floren.. Hati-hati.." ucap sang kakek sambil melambaikan tangan saat melihat Floren mulai menjalankan motornya untuk pulang. Begitupun Floren yang melakukan hal yang sama.

"Untung aku sudah mengantar Freya terlebih dahulu, akan sulit mengendarai kendaraan beroda dua jika tubuh Freya belum kembali seperti semula.. Aku harus kembali ke rumah sakit itu.." monolognya, menggas motornya dengan kecepatan penuh untuk kembali ke rumah sakit tempat Christian di rawat.

*

"Untuk ukuran manusia, kamu cukup berani juga.." suara bariton memenuhi ruangan temaram yang terlihat seperti gudang tua itu.

"Siapa kamu sebenarnya?! Kemana sepupuku?!" Bentak seseorang yang duduk disebuah kursi, dengan ikatan tangan dan kaki.

"Sepupu? Apa maksudmu orang ini?" Tanyanya sambil menunjukan wujud asli dari manusia yang menjadi wadahnya.

Pria yang terduduk itu menegang, b-bagaimana bisa? sebenarnya makhluk apa kedua orang yang berdiri di hadapannya ini.

"Sayangnya.. Dia sudah mati" sahut pria yang berbadan kekar di sampingnya.

"BOHONG! APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA SEPUPUKU?!"

"Tenangkan dirimu manusia, Sopanlah pada kakakku!!"

Krekk

"ARGHHH!!"

Suara retakan tulang terdengar, pria bertubuh kekar itu mengunci kepala sanderanya.

"Radelv kau menekannya terlalu kuat.." peringat sang kakak.

"Ah benarkah.. Habisnya, aku tak suka dia menggertakmu kak Zean" kesal Radelv melepaskan cengkraman tangannya.

"Diamlah, dan tunggu teman-temanmu menyusul! Aku akan membunuh kalian semua bersamaan!!" Seringai Zean, ia pun meninggalkan ruangan itu bersama radelv menyisakan Luki yang kesakitan, dengan air mata yang menetes, lehernya terasa sangat sakit sekarang.

"Ahh hahh.. hahh.. Semoga kalian dapat melindungi diri.." lirihnya.

*

Bayangan hitam muncul di depan rumah sakit.

"Ingin membuat kekacauan?" Tanya Radelv.

"Tentu saja, tapi untuk saat ini aku akan mengesampingkan keinginan itu, aku lebih ingin membalaskan dendamku pada Floren, dan Zean" geram Zean mengepal tangannya.

"Kau bisa membalaskannya pada Zean, sepertinya Floren sedang tidak di sini, aku tidak merasakan hawa keberadaannya.." jelas Radelv.

"Wah.. sebenarnya sihir macam apa saja yang kau kembangkan selama ku tinggalkan? Tak bisakah kau membaginya padaku?" Pintanya.

"Aku tak mengembangkannya, aku hanya menelitinya dan membuat sesuatu yang dapat membuat kita semakin kuat, aku kembangkan hal itu selama berbulan-bulan, sampai pada saat ini.. Penelitianku berbuah manis, ini.. pakailah" sambil melemparkan sebuah jarum suntik kecil dengan cairan ungu di dalamnya.

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang