40

509 80 15
                                    

Suara ayam berkokok saling bersahutan menandakan sudah fajar.

"Hoamm.. sudah subuh? Sebaiknya aku bangun.." lenguh Floren sambil meregangkan tubuhnya.

"Sudah bangun nak Floren? Pergilah membasuh wajahmu dan mensucikan diri, sebelum waktunya habis.." titah sang kakek. Floren menurut, ia bangun, berjalan keluar menuju kamar kecil di samping gubuk.

"Ah Musholanya di sini rupanya.. baguslah tidak sulit ditemukan, aku ke toilet dulu" monolognya sambil berjalan memasuki kamar kecil yang bertuliskan WC dipintu kayu nya itu.

*

15 menit kemudian..

Kreet

Suara deritan pintu yang usang terdengar, membuat kakek yang sedang memasak sup mengalihkan pandangannya.

"Sudah selesai nak? Mari kita sarapan, kakek sudah buatkan sup ayam, kau harus mempersiapkan tenaga untuk keberanian yang kau lakukan, bukankah begitu?"

"Iya kek, maaf jadi merepotkanmu, mari ku bantu menyiapkan sarapan" tawarnya sambil membawa peralatan makan untuk mereka berdua, mengambilnya dari rak yang ada di sampingnya.

Kakek itu hanya mengangguk kemudian tersenyum tipis, sambil mempersilahkan Floren untuk memindahkan sup nya ke mangkuk menggunakan pengaduk sup.

Kakek itu bangun, membawa teko yang sudah diisi air teh hangat keluar.

"Nak Floren, jika sudah selesai kamu bawa keluar ya.. kita makan di luar sambil menikmati matahari terbit.."

"Wah.. terdengar menarik, baik kek.. tunggu saja di luar biar aku bawa makanannya.." serunya dengan nada senangnya itu yang lagi-lagi membuat sang kakek menggelengkan kepala sambil tersenyum, ia pun hanya menurut berjalan keluar meninggalkan Floren yang masih menyiapkan makanan untuk keduanya.

*

"Ah akhirnya sudah selesai.. Sebaiknya aku bergegas sebelum mataharinya muncul.."

Ia pun membawa nampan yang sudah ia siapkan, dengan mangkuk sup dan nasi yang memang sudah berada dibakulnya.

Membawanya perlahan keluar, "hati-hati nak.. kenapa tidak satu persatu, kau terlihat kesulitan"

"Tidak apa kek, ini silahkan dinikmati"

"Kau duduklah di sampingku, mari kita makan bersama"

"Baik kek.. terimakasih dan maaf merepotkan.." ucapku tak enak.

"Sudahlah, sudah berapa kali kamu mengatakannya, aku benar-benar tidak keberatan kau repotkan, kalau kemari kapan-kapan janganlah sungkan untuk mengunjungiku kemari"

"Siap kekk.. untuk hari ini.. mohon bantuannya.."

"Tentu saja.. mari kita makan dulu.."

"Baik kek" semangatnya sambil mulai menuangkan nasi ke mangkuk supnya sendiri.

*

"Jadi Radelv.. Apa kau sudah menyusun rencana?" Tanya Zean.

Mereka sudah berada di markas yang sempat berantakan karena pertarungan keduanya bersama Floren, namun sepertinya markas itu sudah dikembalikan seperti sedia kala oleh kekuatan milik Radelv.

"Tentu saja.. Aku tak ingin menggunakan cara lama.. tapi selama kau tak ada, aku juga mengembangkan kekuatan pengendali pikiran.. Kamu pasti dapat menebaknya.."

"Ahh.. jadi begitu rencanamu.. Baiklah.. akan sekacau apa kali ini" seringainya, sambil merapikan kemeja miliknya yang terbuka setengah.

"Selama ini aku mengikuti Floren, dan orang yang kau gunakan sebagai wadah itu.. kelemahan Floren adalah ketika temannya terluka karenanya, jadi aku pikir aku akan sedikit bermain-main bersama teman-temannya, oh ya.. sepertinya wadahmu itu telah menculik salah satu teman Floren.." jelasnya.

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang