24

579 75 6
                                    

"Zean sayang?"

"Apa bu?"

"Sayang, apa kau sudah menjamin adikmu aman?"

Zean terdiam, ia tak begitu ingat apakah ia mempunyai adik.

"Memangnya aku punya adik ya bu? Bukannya aku anak satu-satunya?"

"Siapa yang bilang hm?" Adikmu.. Adik yang selalu bersamamu, apakah kau tidak merindukannya?"

Zean nampak berpikir, ia bingung namun ia tak ingin membohongi dirinya bahwasanya ia sedikit mengingat adiknya itu.

"Adik?"

"Aldo.. Kamu tidak merindukannya?"

Zean mengingatnya, adiknya adalah Aldo, adik yang ia rawat sendirian setelah ibunya meninggal pada saat ia melahirkan adiknya tersebut.

"Aldo?

"Iya sayang Aldo.."

"Hiks.. Zean merindukannya buu.." lirihnya.

"Lalu, jika kau merindukannya, apa yang harus kau lakukan?"

"Hiks.. menemuinya?"

"Pintar.. Pergilah.. Ini belum saatnya.."

"Maksud ibu apa?"

"Belum saatnya nak, ini bukan tempatmu.."

"Tapi bu..

"Sudah, pergilah, Adikmu sedang dalam bahaya.. Kamu sebagai kakaknya harus menjaga adikmu agar tetap aman okay? Dan sampaikan salam rinduku padanya.."

"Hiks.. aku.. juga masih merindukan ibu.." tangis Zean, ia memeluk tubuh rapuh sang ibu dengan erat.

"Ibu selalu ada disini sayang.." ucapnya sambil menunjuk dada Zean.

"Pergilah.. Selamatkan adikmu.."

Zean melepas pelukannya, masih dengan tangis yang sama ia perlahan mengangguk, menghapus air matanya kasar.

"Ayoo.. anak ibu pasti kuat.. kalian berdua anak tersayang ibu.."

"Selamat tinggal sayang.."

Zean masih menangis, air mata itu terus mengalir dengan derasnya, ibunya terus melambai-lambaikan tangan sampai pandangan yang ia lihat hanya ruang putih hampa.

*

Bughh

Bughh

Bughh

Pertarungan masih berlangsung, Floren sudah babak belur sekarang, kaosnya sudah terlihat banyak robekan yang memperlihatkan luka gores yang cukup dalam, ia bangun memegangi luka yang ia dapat, terbuntang banting ke sebuah tempat tentu membuatnya sangat kelelahan.

Zean berseringai, ia mulai mengeluarkan kekuatannya, seolah mengumpulkan energi, ia terus membentuk sebuah bola yang sedikit besar dari biasanya dengan kilatan merah terus ia perbesar.

Namun saat hendak diarahkan ke arah Floren yang masih terlihat menundukk..

Kekuatan yang ia kumpulkan menghilang, "a-apa yang terjadi..

Grepp

Tangan Zean mencengkram erat lehernya sendiri memberikan perlawanan.

"Itu persis seperti yang terjadi pada Floren.." gumam Freya merasa deja vu dengan apa yang ia lihat.

"Aghhh.. Apa yang kau lakukan eghhh.." erang Zeandra yang kesulitan bernafas.

Zean melepaskan cengkramannya dan..

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang