14

687 83 9
                                    

"Aku harus pulang.. Floren dalam bahaya, tapi bagaimana caranya.. sial aku harus apa.."

Cklekk

Pintu terbuka, Kinal yang terkejut, reflek menoleh.

"Malam.. Aku tak akan basa-basi, apa kau ingin keluar dari sini?" Tanyanya.

Kinal mengangguk, ia tak bisa bicara karena mulutnya yang dilakban.

"Oke, saya akan melepaskanmu, tapi dengan satu syarat, jika dia(ve) menanyakan hal serupa, kau bilang saja kau kabur sendiri, tanpa melibatkan ku"

Srekk

Lakban dibuka, Kinal menghirup udara, "kenapa? Harus seperti itu?" Tanya Kinal.

"Menurut saja, aku tak begitu menyukai penciptaku, aku ini hanya alat, tapi aku tak suka diperalat, kau mengerti?"

Kinal mengangguk, Gena mulai membuka satu persatu tali yang mengikat Kinal.

Saat sudah terbuka..

"Mendekatlah, aku bisa mengantarmu langsung ke depan rumah" ucapnya.

Dengan takut Kinal mendekat, Gena yang kesal menarik paksa Kinal.

"Aku tak akan menyakitimu! Cukup turuti saja apa susahnya" geramnya.

Ia mulai menutupkan jubah hitam nya ke depan tubuh Kinal..

Kepulan asap hitam mengelilingi keduanya kemudian menghilang.

*

Whushh

"Sudah.. pergilah.. anakmu terluka di dalam"

"Benarkah? Apa yang terjadi pada Floren?" Tanyanya khawatir.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk menjawab pertanyaanmu"

Gena langsung menghilang disertai asap seperti biasa.

"Veranda sialan!" Kesalnya, ia berlari masuk ke rumahnya, yang terlihat berantakan.

Brakk

Pintu dibuka kasar, Floren yang sedang menonton tv dengan pakaian atas terbuka terkejut pasalnya Kinal tiba-tiba masuk ke rumah dengan keadaan yang.. mengkhawatirkan. Floren berdiri, masih dengan wajah terkejutnya.

"Floren sayang? Kamu gak papa?!" Tanyanya langsung memeluk Floren berlari dari depan pintu.

"Sshh.. aku tidak apa-apa, darimana saja papa? Kenapa tidak pulang selama seminggu lamanya?" Tanya Floren.

"Sayang.. hiks.. Pa.. Papa minta maaf.. ini semua salah papa hiks.. Papa sungguh minta maaf.." tangisnya.

Floren membalas pelukan Kinal, "Papa salah, papa menyakitimu, menyakiti Shanju, demi wanita licik yang bahkan dia sudah menyekapku, papa sungguh minta maaf sayang.. bisakah kamu memberikan kesempatan kepada papa untuk menjadi papa yang baik hiks.." tanyanya melepas pelukan keduanya.

Floren kembali membayangkan bagaimana kejamnya orang didepannya terhadap ibunya dan dirinya.

Floren melepaskan pegangan tangan Kinal Dibahunya, menatap dengan tatapan kosong seolah tak mau memaafkan Kinal.

"Sayang.." lirih Kinal.

"A-aku.. aku tidak tahu, sebaiknya papa istirahat saja, dan bersihkan tubuhmu, akan ku pikirkan, beri aku waktu" ucap Floren, ia mengambil bajunya, berjalan meninggalkan Kinal diruang tengah.

Kinal tertunduk, tubuhnya lemas, ia merasa menjadi orang tua yang buruk bagi Floren. "Hiks.. maaf.. maafkan aku Shanju.. Aku begitu kejam, sampai-sampai anak kita tak mau memaafkan kesalahanku yang amat fatal itu hiks.." tangisnya.

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang