13

698 79 7
                                    

"Rahmat ya.. namanya jelek sekali" ledek seorang wanita diruangan gelapnya.

"Saya punya ide nona.." sahut wanita lainnya.

"Hm aku tahu, kamu pasti memikirkan apa yang kupikirkan bukankah begitu?"

"Ya.. tentu saja nona.." seringainya.

"Jalankan saja apa yang sudah kau rencanakan, aku akan melihat kinerjamu dari sini Gena"

"Baik nona Ve" sahutnya sedetik kemudian menghilang bersamaan dengan asap hitam.

*

"Sshh.." erang Floren yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Hoamm.. Flo? Mau kemana? Sebaiknya kamu istirahat saja dulu.." titahnya yang masih mengucek matanya.

Floren menarik tangan Freya pelan, "sudah kubilang, jangan dikucek, nanti matamu iritasi"

Freya menjauhkan tangannya dari matanya, tersenyum ke arah Floren dan duduk disampingnya.

"Masih terasa sangat sakit?" Tanya Freya. Floren menggeleng, ia meletakan tangan Freya ke perutnya, mengelusnya lembut dengan tatapan matanya yang tak mau beralih menatap Freya lekat.

"Astaga, sepagi ini Floren.." Ucap Freya.

"Gak papa, cepet sembuh kalo kamu giniin, hari ini kamu ada rencana gak? Rahmat itu gak bisa dibiarin berkeliaran Fre.. Dia bahaya.."

"Iya aku tahu, firasatku dia akan melakukannya lagi malam nanti, atau tidak siang, tidak ada yang tahu dia punya rencana apakan Flo.."

"Iya benar aku setuju.."

"Eum.. Flo? Kalo kayak gini, kamu cepet sembuh gak?" Tanya Freya, Freya mensejajarkan dirinya, mendorong bahu Floren kembali ke posisi tiduran, dengan Freya diatasnya namun posisinya lebih bawah.

Floren menggigit bibir bawahnya, menutup matanya tak mau melihat apa yang Freya lakukan.

Lidahnya menyelusuri perban yang masih membalut di perut kirinya, mengecup sekitarannya, sedikit memberi tanda diperut kotak-kotaknya karena memang Floren tak memakai pakaiannya saat tidur. Takut lukanya terkena kain yang ia gunakan.

"Ahh.. Fre.." desahnya tanpa sengaja.

Freya tersenyum, Ia mengecup-ngecup perut kotak-kotak, sebelum ia bangun dari perut Floren.

"Udah.. biar cepet sembuh"

Floren terengah, miliknya terasa ingin dipuaskan tapi ia tak mau membuat gadis didepannya trauma karena hal itu tentu saja.

Floren bangun, menetralkan nafasnya.
"Nakal banget, siapa yang ajarin hm?"

Freya hanya menunjukkan cengirannya bersama 2jari bertanda 'peace'.

Floren hanya menggelengkan kepalanya, ia pun memutuskan untuk membersihkan diri sekalian memuaskan diri sendiri.

*

Rahmat terdiam di sebuah ruangan, dirinya berencana akan melancarkan lagi rencana yang sudah ia buat, kali ini ia tak akan bersembunyi, toh Floren juga sudah tahu bahwa dirinya lah Pelaku semuanya.

Saat sedang bersiap..

Whushh

"Halo.." seseorang dengan jubah hitam tiba-tiba muncul dibelakang Rahmat.

"Astaga! Siapa kamu?! Kenapa kamu bisa disini?!"

"Aku disini untuk membantumu.."

"Membantu?" Herannya.

"Ya membantumu, kamu ingat kenapa kamu merasa lehermu dicengkeram?"

"Iya aku ingat"

"Itu adalah kekuatan pelindungnya, dengan kamu menggunakanku, maksudku menyatukan diri denganku, kamu juga akan mempunyai kekuatan itu juga, bagaimana?" Tawarnya.

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang