18

651 80 16
                                    

  "Kamu beneran udah gak papa? Disini gak terlalu perhatiin setiap pergerakan kamu Flo.." ucap Freya yang terlihat khawatir kala melihat Floren yang bersikeras tak ingin beristirahat untuk beberapa waktu di ruang ICU.

"Disana dingin Fre.. Ditambah pelukan kamu pun rasanya kurang karena rasa dingin yang menusuk, apalagi aku gak pake atasan, kerasa banget udara dinginnya" jelas Floren.

Freya hanya menghembuskan nafas lelah, "baiklah, jika disini hangat menurutmu" ucapnya dengan nada pasrah.

Floren baru saja dipindahkan ke ruang rawat karena ia terus mengeluh kepada dokter yang menanganinya untuk dipindahkan.

Hening, keduanya fokus ke pikiran masing-masing.

"Em Fre..

"Flo..

Panggil keduanya bersamaan,
"Kamu duluan aja" titah Freya.

Floren menggeleng, "ladies first" timpalnya. Freya menghela nafas.

"Ini benar-benar mengganggu, tapi.. Gena.. Gena itu siapa?" Tanya Freya.

"Sudah kuduga kamu akan menanyakannya" sahut Floren.

Freya mengangkat alisnya sebelah pertanda bingung.

"Gena.. dia sahabatku"

Freya tertegun, namun ia berusaha tetap fokus mendengarkan penjelasan Floren.

"Dia.. orang Belanda, sahabatku dari kecil, dia dibunuh oleh kawanannya sendiri karena berkhianat kepada bangsanya, dan memilih menjadi sekutu Indonesia"

Freya terkejut, ia menutup mulutnya dengan tangannya sendiri.

"Oleh bangsa nya sendiri? Tega sekali" lirih Freya.

"Iya, sayang sekali aku telat datang saat itu, jika saja aku tepat waktu, mungkin Gena akan hidup lebih lama, dan tidak diperalat oleh wanita licik yang membunuh papaku!"

Tentu Freya paham, orang yang pertama ia pikirkan adalah ibu tiri dari Floren.

Freya mendekat, ia menarik kepala Floren ke dekapannya, posisinya ia berdiri dan Floren setengah duduk.

"Aku yakin, Gena masih memiliki hati yang baik" Ucap Freya sambil mengusap bahu Floren.

Floren mengangguk, tak dapat ia pungkiri ia sangat merindukan sahabat kecilnya itu.

*

"Diminum dulu obatnya Floren" ucap Freya mulai menyiapkan obat-obatan milik Floren dimalam hari.

Floren hanya mengangguk, ia terus memperhatikan wajah Freya yang fokus menyiapkan obat miliknya.

"Kenapa liatin aku kayak gitu?" Tanya Freya.

"Gak papa, pengen aja" sahut Floren dengan senyuman tipis diwajahnya.

Freya hanya mengangguk sambil terus menyiapkan air, dan berbagai keperluan Floren minum obat.

Floren terus menatap Freya tanpa berkedip, seolah ia melihat sosok bidadari didepannya.

"Ini udah selesai, minum dulu ya obatnya.." Ucap Freya menyodorkan satu butir obat ditangannya.

Floren mengambil alih obat yang disodorkan, memasukannya ke dalam mulut dan mengambil air yang Freya pegang untuk mendorong jalan masuknya obat ke tenggorokannya.

Ada sekitar 3butir lainnya yang Freya sodorkan, dan Floren menerima dan mengulang kegiatan meminum obatnya dengan Freya yang terus mengisi ulang air minum yang Floren habiskan.

"Ah kembung banget kebanyakan minum"

"Gapapa, biar kamu cepet sembuh.."

"Hmm.. yauda iyaa Freyana.."

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang