21(M)

1.1K 90 40
                                    

"Arghh.." erang Zean yang sedang mengobati dirinya sendiri di markas utama yang belum diketahui siapapun.

"Radelv, sepertinya kita harus mencari wadah untuk jiwa kita masing-masing.. Aku kewalahan jika harus menjadi backbaner mu saat kau bertarung, itu menguras tenaga kita berdua, apa kau setuju jika kita mencari wadah manusia baru untuk menjadi tempat kita?" Tanya Zean.

"Tentu, carikan sekalian untukku, agar kita tak lagi berada dalam 1 tubuh.." sahut Radelv.

Keduanya masih sibuk mengeluarkan kekuatan untuk menyembuhkan tubuhnya yang babak belur akibat pertarungannya bersama Floren.

*

"Emphhh.."

"Florenn.." lirih Freya.

"Sshh.. Apa aku melewatkan sesuatu?" Tanya Floren yang mulai duduk bersandar di kepala ranjang dibantu Freya.

Freya menggeleng, "kamu tidak melewatkan apapun"

Floren hanya mengangguk, ia sedikit meringis memegangi perutnya yang terasa ngilu.

Freya yang melihatnya menatap sendu ke arah Floren, matanya sudah berkaca-kaca melihat kondisi Floren yang babak belur akibat pertarungan antaranya dan Zean.

"Maaf.." lirih Freya sambil menunduk.

"Maaf? Kenapa kamu meminta maaf Freyana?" Tanya Floren.

Freya yang tak kuat menahan tangisannya pun, meneteskan air mata.

Floren yang melihatnya bergegas sedikit bangun untuk mengikis jarak.

"Hey? Kenapa menangis?"

Freya menggeleng, menghapus air matanya.

"Maaf.. Gara-gara aku..

"Huss sudah.. bukan salah kamu.." lembut Floren menarik tubuh bergetar Freya ke dekapannya.

"Hiks.. Aku.. Aku selalu menyakitimu Floren.. Aku adalah sumber rasa sakitmu, tidak kah kamu memikirkan hal itu? Tidak kah kamu perdulikan dirimu sendiri.."

"Bagaimana aku memikirkan diriku sendiri jika tujuanku adalah kamu Fre.. Usahaku tak akan menghianati hasil.."

"Tapi.. tapi aku tak bisa melihat terus-menerus tubuhmu yang terluka akibat misi atau bahkan akibat menyelamatkanku.. Aku.. hiks.. Aku tak sanggup" tangisnya.

Floren mengusap lembut punggung bergetar itu.

"Aku sudah memiliki kekuatan sekarang, kamu tak perlu mengkhawatirkan apapun, aku janji, aku akan baik-baik saja.."

"Benar ya? Aku tak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya"

Floren mengangguk dalam pelukannya.

"Sudah ya.. Jangan menangis, nanti wajah cantikmu hilang"

Tuk

Freya sedikit menjitak kepala Floren.
"Aduh.. kok dijitak sih.."

"Dasar buaya.." kesal Freya sambil menahan senyumannya.

"Suruh siapa kamu pelihara buaya, jadi gini kan hahah.."

Freya tak bisa menahan senyumannya, ia tersenyum, menatap teduh ke arah Floren.

Floren yang menyadari tatapan itu meletakan tangannya di pipi Freya, menghapus bekas air mata Freya.

"Wajah ini.. Tersenyumlah terus.. Aku.. Tak akan pernah bosan memandangi senyuman semanis karamel ini.." tangan itu terus mengelus lembut pipi Freya, perlahan ibu jari itu mendarat di bibir tipis Freya.

"Ah ya.. soal ciumanku bersama Gen..

Belum selesai Floren mengucapkan kalimatnya..

Chupp

She's Always be My Queen[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang