Tidak akan ada yang menyangka, seseorang yang mereka kira akan bangkit setelah semua orang runtuh. Yang ketegarannya mereka contoh agar tak termakan oleh keputus asaan. Yang keberadaannya saja membuat mereka tenang, akan hilang akalnya... atau mungkin itu batasan yang dia miliki sebagai seorang manusia yang tak ingin kehilangan hal yang dia kasihi
"Kak Gempa..." ucap Thorn lirih saat melihat kakak ketiganya, ketua yang mereka kira akan tegar menghadapi kenyataan bahwa salah satu dari mereka menghilang, hilang kendali.
"Kenapa kalian menjauh? Mendekatlah padaku. Aku punya rencana"
Dan yakinlah, tak ada yang akan menyukai rencana orang yang setengah akalnya itu hanya terfikirkan untuk membalas dendam.
Tujuh kembaran.
Hilang satu menjadi enam.
Satunya lagi tengah berjuang untuk hidupnya, kini tinggal lima.
Kelimanya harus dipecah lagi karena berkubu, lebih tepatnya satu melawan empat.
Tak ada yang mau melihat ini. Tak ada yang ingin seperti ini. Mereka tak ingin melihat leader mereka menggila karena anggota mereka hilang satu. Mereka perlahan melihat leader mereka berubah menjadi sesuatu yang tak mereka ketahui.
Hilang kawalan.
Itu yang mereka takutkan.
Coba pikirkan sejenak, kuasa apa yang bisa menaklukan tanah itu sendiri?
Tak ada.
Atau mungkin ada.
Selain kuasa milik Solar, tak ada yang bisa dan mereka tak ingin membebankan lebih kepada si bungsu setelah apa yang terjadi padanya.
"Gempa, tenangkan dirimu kita masih biaa menyelamatkan Halilintar dengan kuasaku Beliung!"
"Lalu kenapa kau tak keluar? Kenapa masih disini? Sembunyi? Bahwa kau penakut? Takut akan melakukan hal yang sama?!"
Taufan diam seribu bahasa saat mata emas yang hangat itu berubah menjadi emerald terang.
"Kak Gempa... jika kakak kehilangan kontrol atas kuasa kakak, kak Gem akan—"
"Menyelamatkan Halilintar? Pastinya Thorn. Dengan ini aku bisa menyelamatkannya. Mungkin jika saja aku lepas kendali—" ucapan Gempa terputus saat Ice dengan paksa membuatnya tertidur, menumbuk lehernya dari belakang.
"Ice—!"
"Tenangkan diri kalian. Aku tak sanggup harus membuat kalian pingsan satu persatu hanya karena kalian setengah gila untuk membalas dendam", Ice tak menarik ataupun memiliki pemikiran untuk membawa tubuh kakaknya kesuatu tempat, tidak, dia membiarkannya begitu saja dilantai. Terlalu banyak yang harus dia lakukan, pikirkan, dan khawatirkan.
"Lagi pula masih banyak hal yang harus kita lakukan. Fokus" setelahnya Ice tak berkata apapun mengeret si adek hijaunya yang terlihat sudah cukup melihat apapun itu seharian ini.
Ice mengarahkan kakinya menuju satu - satu tempat yang dia ingin tunggui, ruang operasi
'Kacaunya....' batin Ice mendesah lelah saat harus menenangkan si bungsu nomor dua dikursi tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2
Fanfiction[Hello, there~ Readers!] Halo, Readers~ [This book is the continuation of Boboiboy Short-Fanfic AU Season 1, so if you're a new Reader, it would be best if you read Season 1 first. If not, then it's okay] Book ini masih berkaitan dengan Boboiboy Sho...