Dearest (5)

441 50 6
                                    

Merah merambat kemana - mana.

Halilintar paling benci melihat warna itu diatas warna putih. Itu mengingatkan padanya bahwa dia pernah bermandikan merah bekas orang yang dia cintai dan kali ini dia bermandikan cairan itu dari bocah yang eksistensi tak pernah dia anggap hidup melainkan sebagai sosok pengganti yang telah hilang.

Halilintar menggeram. Luar biasa emosi. Mengutuk kuasanya yang dibanggakan atas kecepatannya itu sekarang terasa sangat lambat. Padahal, jelas - jelas sekelilingnya melebur, mungkin telah mencetak rekor kecepatan baru.

Tam ada kepuasan. Hanya rasa tegang dan amarah.

Matanya fokus kedepan tapi seluruh inderanya berfokus pada genggaman tangan si bocah yang nafasnya kian menipis.

Hampir mendekati dengan apa yang pernah terjadi. Mengingatkannya pada sosoknya yang telah tiada.

Halilintar tak mau menengok mata bernetra sama dengannya itu perlahan memburam.

Jauh dilubuk hati terdalam, dia tak ingin terluka.

Hatinya tak ingin dilukai.

Cukup sekali saja.

Tidak.

Tidak lagi.

Halilintar tidak akan membiarkan apa yang pernah terjadi terulang kembali. Bahkan panah yang menembus bahunya itu dia tak pedulikan demi bocah itu. Halilintar mengacuhkan semuanya, biarpun itu temannya yang menyingkir ketakutan atau saudaranya yang ingin menghentikan langkahnya berkata bahwa mereka akan mengambil alih Supra.

Persetan dengan omongan mereka!

Bocah dalam dekapannya ini anaknya! Tak ada siapapun yang boleh menyentuhnya selain tenaga medis yang akan mengambilnya darinya!

Jika pun malaikat maut akan mampir, Halilintar akan mengajaknya berduel hingga si malaikat pergi!

Tidak akan ada lagi yang mati dalam pengawasannya!

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang