Mereka berhenti sejenak untuk menghajar Blaze berjamaah sebelum melanjutkan perjalanan. Kali ini yang nyetir adalah Ice disampingnya ada Taufan.
"Jadi gimana?"
"Ya nggak gimana gimana" Solar berujar.
"Kita tetep lanjut aja, nggak mungkin juga puter balik" Halilintar dengan ketus menjawab sambil melirik Blaze yang terkapar dikursi belakang.
"Cuman mau ngasih tahu kita mau masuk Alas Kumitir" Solar menambahkan saat dia disela oleh abangnya.
"OwO Alas? KITA MAU MASUK HUTAN KAH?! YEAYYYYYY!!!"
"Thorn jangan banyak gerak, goyang nih mobilnya" Gempa sweatdrop ngelihat kelakuan adeknya.
"Iya, hutan. Pemandangannya sangat indah kok. Kadang ada monyet kelihatan"
"Wah nggak salah dong arahan Blaze?" Tuafan agaknya ingin membela sedikit lah saudara satu gengnya.
"Emmm... tapi Jalannya berliuk kayak ular. Banyak tikungan tajam. Belum lagi jalannya juga menanjak dan menurun curam. Kalau hujan... sering terjadi tanah longsor alias setengah jalan tertutup atau bahkan rusak" penjelasan Solar tak ada yang menyahut. Mereka makin overthinking saat sinar matahari mulai memburam.
"Ini mah namanya kita bukan rekreasi malah nyari maut iya" Ice menyahut.
"Itu samping kanan kita banyak pohon pinus, berarti kita udah mulai memasuki hutan—"
Ice tetiba ngerem mendadak dong membuat semua orang teriak gaje, abis itu ama babang kalem langsung dibelokin ke pinggir jalan.
"Lu kenapa sih?!" Taufan yang kali ini geplak Ice bukan Halilintar.
"ÕwÕ kasihan mobilnya...."
".... nggak mau nyetir aku. Ku lepasin ke Bang Hali aja"
Kali ini ketambahan manusia satu yang tepar bersama Blaze.
"Adek gua nggak ada yang berguna"
"Nyelekit banget bang"
Semua manusia terkesima dengan pemandangan alam yang disuguhkan. Pepohonan hijau besar, tinggi, dan rindang serta suara gemerisik daun membuat mereka tersenyum.
"IHHHHHH bagusnya!!!" Kali ini yang hobi berfoto ria beralih ke si bendul.
"Mantaplah Bang, setiran abang alus banget~"
Halilintar tetep menatap kedepan menghiraukan ucapan Solar. Jalan yang berbelok dan berliku membuat konsentrasinya dipacu, macam tengah menghajar musuhnya.
"Jalannya agak serem...." Gempa melihat pohon - pohon rindang mulai menggelap.
"Hanya perasaanku... atau makin gelap saja?" Ucapan Taufan membuat yang lain jadi tegang.
"Jam berapa?"
"Jam 4?" Gempa memberitahu Halilintar
"Wajar sih udah mulai gelap... tapi ini kok agak aneh" Ice yang ternyata pura - pura tepar berkomentar. Udara disekitar makin sejuk saja membuat pengguna salju itu makin tentram melihat saudaranya yang lain agak kedinginan.
"Kabut kak. Kabutnya turun" Solar melihat dengan jelas dari atas tanjakan pegunungan/perbukitan itu turun asap putih.
"HAH?!"
Makin kalut lah mereka melihat asap tipis putih yang sebenarnya awan turun dari gunung itu meminimalisir jarak pandang mobil dengan didepannyà maupun dibelakangnya.
"Woh keren ini" Ice dengan entengnya berkata.
"MATAMU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy Short-Fanfic AU Season 2
Fiksi Penggemar[Hello, there~ Readers!] Halo, Readers~ [This book is the continuation of Boboiboy Short-Fanfic AU Season 1, so if you're a new Reader, it would be best if you read Season 1 first. If not, then it's okay] Book ini masih berkaitan dengan Boboiboy Sho...