36. Terungkap 2 (21+)

4.2K 190 39
                                    

Javeed dan yang lainnya masih mencerna setiap perkataan Shailen benar-benar cerdik pikirnya.

"kamu licik sekali." ucap Javeed memeluk Shailen gemas.

"itu bukan licik, tapi strategi."
"aku tidak suka kekerasan, itu menyakiti diriku sendiri."
"aku lebih suka bersembunyi membidik mangsaku daaaaann."
Shailen bergaya seolah sedang memegang senapan kesayangannya.

"piw piw piw." menembak satu-satu diarahkan pada Pier, Phoenix dan Fallen.
"tewas." lanjut Shailen namun hanya Phoenix yang berakting seolah memang terkena tembakan.

"heh sayang." Pier menepuk bahu Phoenix lalu dia kembali bangun.

"tapi Chai." potong Phoenix.
"setelah nyuri diamond lu ngilang kemana?"
"semua orang nyariin tapi gak ada yang tau."

"aku kembali ke rumah sederhana tengah hutan."
"mengasah kembali skill menembakku dan istirahat sejenak dari misi-misi membosankan itu."

"lalu makanmu?"
"berburu?" ganti Fallen yang bertanya.

"tidak."
"Capo yang sering mengirimku makanan."
"aku mengirimi email rahasia padanya saat ingin makan sesuatu ataupun cake yang sering Javeed belikan dulu dan dia akan bergegas mengabulkannya demi misinya berjalan." Shailen terkekeh menoleh ke arah Javeed.

"kenapa tidak menghubungiku hmm?"
"aku bisa mengantar cake setiap hari kedalam hutan demi menyenangkanmu." protes Javeed memeluk Shailen dari samping.

"lalu membiarkanmu mengurungku disini dan misiku gagal?"
"aku kembali ke kedai saja tidak di izinkan apalagi misi seperti ini." Javeed terkekeh sadar diri.

"lalu??" lanjut Javeed.

"coba tebak siapa Capo Black Dragon yang dari tadi ku bicarakan?" mereka semua kembali fokus pada Shailen, saling pandang satu sama lain mencari jawaban namun berakhir dengan gelengan kepala semua orang.

"Garwyn." empat orang disana terkejut mendengar fakta baru lagi.

"bukankah dia orang paling setia di samping Joss?" Shailen mengangguk.

"tapi sebenarnya dia Capo Black Dragon."
"salah satu penjinak boom terbaik yang Black Dragon punya."
"aku dan dia bertemu saat pelatihan di USA."
"kita sering bertemu saat makan siang dan saling mengobrol."
"tapi dia kembali lebih dulu karna misi ini."
"dan dia juga yang membantuku mengembalikan ingatanku." Shailen tersenyum nampak bahagia.

"jadi kamu benar-benar amnesia?" tanya Javeed menyakinkan.

"apa kamu pikir aku bercanda?" sewot Shailen dan Javeed hanya terkekeh.

"lanjut." sela Phoenix dan mereka semua kembali fokus.

"saat aku melihatnya, perasaanku merasa dia tidak asing tapi aku benar-benar tidak ingat dia siapa."
"kepalaku sering sakit dan dia yang merawatku dengan baik."
"dia melarangku meminum obat yang ternyata telah di tukar Joss dengan obat lain agar perkembangan otakku melambat dan aku tetap lupa ingatan." Javeed nampak menahan emosi dan Shailen mengusap tangannya pelan.

"setelah aku berhenti minum obat itu, kepalaku tidak pernah sakit tapi bayangan hitam semakin sering muncul."

"sampai pada saat pesta di hotel itu aku berusaha membidikmu tapi entah kenapa bayanganku sedang di pantai bersamamu muncul."
"dan akhirnya aku memutuskan hanya memberimu tembakan salam kenal." Javeed melongo.

"sayang apa aslimu memang semengerikan ini?"
"itu nyaris mengenaiku hei." protes Javeed dan Shailen mencium kening Javeed menenangkannya.

"eeekkhmmm" dehem Phoenix menyadarkan sepasang kekasih tersebut.

UNDERCOVER | JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang