39. Marry me?

3.1K 185 36
                                    

Bandara
11.15

Kini Javeed berada di bandara menjemput Asya atas permintaan Shailen yang sudah rindu dengan bocah manis dan segala tingkah menggemaskannya.

"abaaaaaang." Asya berlari dan Javeed menghampirinya takut jika adiknya tersandung lalu jatuh.
"kak Chai mana?"

"ini abang yang jemput loh dek."
"kok malah kak Chai yang di tanya?" protes Javeed memasang wajah pura-pura muram.

"kan udah di peluk."
"kak Chai belum."
Javeed terkekeh mendengar jawaban adiknya.

"yauda yuk pulang."
"kak Chai dirumah."
Asya merentangkan tangan dan Javeed yang paham langsung menggendongnya.

"kamu makan apa kok berat?"

"kan Asya semakin tumbuh besar jadi makin berat kayak abang." javeed tertawa mendengar jawaban adiknya diluar kepala dengan ekspresi polos.

"sus pulang sama pak supir ya."
"biar Asya sama saya."

"baik tuan."
Mereka berpisah menuju mobil masing-masing.

•••

"rumah siapa?" tanya Asya polos melihat mansion yang asing baginya.

"rahasia."

Javeed mengajak Asya masuk menuju ruang tengah dan di sambut oleh kakek William.

"halo anak manis." ucap kakek william menyapa Asya.
Asya melambaikan tangan sedikit menyembunyikan separuh badannya di belakang Javeed karna merasa asing.

"tidak apa-apa itu kakek." ucap Javeed.

"kakek?"

"kakek kak Chai."

"sini peluk kakek." Asya menengadahkan kepalanya melihat ke arah Javeed dan kakaknya mengangguk.

Dia berjalan pelan menuju kakek William lalu memeluknya.

"cantik sekali."
"seru naik pesawat?" kakek William mencoba mencairkan suasana.

"seru sekali semua terlihat kecil-kecil tapi Asya sedih kak Chai tidak ikut." kakek William terkekeh mendengar jawaban lugu Asya.

"apa yang di berikan anak nakal itu sampai anak manis ini selalu mencarinya." ucap kakek menatap Javeed dan Javeed hanya terkekeh menggeleng.

"duduk disana yuk, Asya pasti capek."

Bocah cantik itu menurut duduk di sofa dengan tenang.

"kakek kak Chai mana?"

"dimana yaaaa kakek tidak tau." Asya cemberut.
"coba kamu telpon." ucap kakek

Asya menengadahkan tangannya meminta ponsel abangnya dan Javeed memberikannya.
Dia mencoba menekan nomor milik Shailen beberapa kali namun tidak di angkat.

"tidak di angkat." bocah manis itu cemberut mengalihkan pandangannya pada kakaknya.

"abang katanya tadi kak Chai dirumah."
"ayo pulang."

"iya dirumah ini."

"mana?"
"kakek saja tidak tau." Asya mulai berkaca-kaca.

"kak Chai belum selesai menjadi pahlawan jadi masih menjalankan misi." jelas Javeed.
Lemas sudah tubuh anak kecil tersebut, duduknya sedikit melorot menangis tanpa suara.

"mau kak Chaaai." rengeknya lirih masih dengan tangisannya.

" rengeknya lirih masih dengan tangisannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UNDERCOVER | JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang