Chapter 20

314 24 43
                                    

"Selalu ada ruang di hati untuk satu teman lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selalu ada ruang di hati untuk satu teman lagi."
— Paris Kornwit Treerapanyakun









•••










Daounea hanya bisa melihat kearah guci yang berisi abu milik mendiang Nine yang begitu dirinya cintai. Bahkan selama 18 tahun ini, pria cantik itu setia untuk menjanda dengan Kaun hitamnya yang mengisyaratkan rasa duka. Bahkan sekarang ini dirinya telah kembali di kediaman lamanya di tanah kelahirannya Bangkok, Thailand.

Guci putih berisi abu itu berada di meja bufet dan di belakangnya terdapat foto Nine yang di bingkai baik di dalam figura. Iris mata Daounea pun beralih pada cincin kawinnya di jemari manisnya yang tidak pernah lepas dari lingkaran jarinya. Rasa kehilangan terus ada di dalam diri Daounea yang kehilangan pasangan hidupnya. Serta pria cantik itu masih setia dengan kesepian dan kegelapan. Bahkan tidak pernah sekalipun melirik pria lain untuk dirinya jadikan seorang suami.

Rasa sakit di dalam hati Daounea tidak sebanding dengan kesedihan karena sebuah kehilangan. Sampai detik ini, pria cantik itu juga masih menyimpan dendam pada keluarga terkutuk Theerapanyakun. Daounea bahkan tidak sudi menyebut mereka manusia, tapi lebih tepatnya kumpulan iblis yang arogan.

"Nang Ghoummeddin?" Panggil Rick pada Daounea yang duduk menekuk kedua kakinya di karpet mahal di dalam kamarnya dengan tatapan dinginnya.

Daounea melihat kearah Rick yang begitu setia pada dirinya. Bahkan Daounea tidaklag lupa bila masa lalu Rick hanyalah pelacur gay yang setiap kali ada pertunjukan di club akan menari di pole dance.

"Iya, nanti aku akan turun." Jawab Daounea pada pelayan setianya.

Hingga akhirnya Jun pun muncul di balik tubuh Rick. Lalu pria tampan berusia 35 tahun itu pun melihat kearah sang Ibu. Seketika Rick undur diri dan memberikan ruang untuk Nyonya rumah dan Bosnya berbicara. Jun pun membantu Ibunya untuk berdiri dan mendudukannya di sisi ranjang. Dengan lembut pria tampan itu pun memainkan sepatu cantik itu pada kaki sang Ibu.

"Ibu, sudah aku bilang padamu! Jangan pernah melewatkan sarapanmu lagi dan lagi." Kata Jun pada Ibunya yang begitu keras kepala.

"Tidak perlu khawatir." Jawab Daounea.

Jun pun menyentuh lembut jemari Ibunya. "Sebab aku tidak ingin Ibu sakit."

Lalu pria tampan itu pun mengantar Ibunya untuk turun dan menyelesaikan sarapan pagi mereka yang tertunda. Bahkan setelah meninggalnya sang Tuan rumah. Hal itu membuat kediaman Ghoummeddin terasa sangat dingin.

Tapi di balik itu semua. Jun pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya dan menjadi seorang pengacara. Sebab pria tampan itu menolak bila harus menjadi seorang pengusaha.

"Nak, setelah kamu berkeluarga nanti? Tolong lanjutkan bisnis keluarga kita dan wujudkan harapan Ibu." Ucap Daounea pada putranya.

"Tidak bisa. Sebab aku lebih suka untuk  menjadi pengacara." Jawab Jun yakin.

06. WHY Seasons 6 | A Whale Frequency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang