Chapter 31

248 22 60
                                    

"Kau membuatku bahagia lewat cara yang orang lain tak bisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau membuatku bahagia lewat cara yang orang lain tak bisa."
— Paris Kornwit Treerapanyakun










•••











Phoenix pulang sekolah lebih awal dari biasanya. Sebab sekolah kali ini di sibukkan dengan guru-guru yang akan rapat untuk mempersiapkan soal untuk ujian semester.

Tidak biasanya juga Wristband mengajak sang adik untuk bermain golf. Sebab pria berbadan bongsor itu ada janji dengan Venice untuk bermain golf. Awalnya mereka ingin bermain polo tapi waktunya tidak bisa di lakukan sekarang. Jadi opsi terakhirnya hanya bisa bermain golf untuk bersenang-senang.

"Hari ini aku ada janji pada Venice untuk bermain golf. Aku yakin Valence juga mengetahuinya." Ucap Wristband yang sibuk memakaikan sarung tangan.

"Valence tidak mengatakan apapun padaku." Kata Phoenix pada kakaknya.

"Mungkin Hianya memberi tahu dengan mendadak." Jawab Wristband.

Lalu kali ini keduanya menaiki Buggy Car untuk menuju menuju boarding gate. Sebab Wristband ingin mencoba stik golfnya. Sebab sudah lama sekali pria berbadan bongsor itu tidak bermain golf karena kesibukannya.

"Apakah hari ini Hia ingin merencanakan sesuatu dengan Phi Nic?" Tanya Phoenix pada kakaknya.

"Kau hanyalah anak kecil. Mungkin ketika dewasa kau akan tahu bisnis keluarga besar kita." Tukas Wristband dingin. "Kamol sedikit membuat masalah. Mungkin nanti aku akan berdiskusi."

Sementara itu, Valence pergi dengan kakaknya untuk bermain golf yang cukup mendadak.

"Hari ini Hia akan sedikit lama untuk berdiskusi. Aku harap kau tidak melakukan hal yang konyol. Sebab Kamol sedikit melakukan kesalahan. Hal itu membuatku dan Wristband sedikit resah." Ucap Venice pada Valence yang berjalan di sampingnya.

Lalu iris mata Wristband melihat ke belakang dan mendapati sepupunya. "Hei, Venice!"

Hingga akhirnya Venice dan Wristband pun bermain golf. Sampai Venice bertepuk tangan melihat lemparan bola dari Wristband. Kali ini hanya tersisa Phoenix dan Valence yang hanya menunggu saja.

"Kau tidak mengatakan apa-apa pada Hiamu. Seharusnya kau memberitahukan pada Phi Nic bila ingin ke Chiang Mai." Ucap Phoenix pada Sepupunya.

"Kau ingin aku di bunuh Hiaku. Kali ini Hiaku sedang bermain golf." Valence mengarahkan stik golfnya untuk menunjukkan kearah kakaknya.

Phoenix pun berceletuk. "Thailand menjadi gudangnya pada mafia. Aku tidak tahu seberapa besar orang-orang dewasa di sekitar kita melihat tangannya berlumuran darah."

"Ya, seharusnya kita mengubah era itu." Jawab Valence. "Mungkin kita juga tidak harus seperti Ayah dan Hia kita."

Phoenix pun membalikkan badannya dan melihat kearah Valence. "Kita lihat nanti. Aku yakin kau akan menjadi iblis."

06. WHY Seasons 6 | A Whale Frequency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang