Chapter 48

215 22 16
                                    

"Jika kamu tahu apa itu cinta, itu karena ibumu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika kamu tahu apa itu cinta, itu karena ibumu."
— Sam Chalach Tantijibul











•••











1 bulan kemudian.

Persidangan Venice telah di mulai bahkan sekarang tangannya di borgol ketika ingin memasuki ruang bersidangan. Bahkan orang-orang tidak berani menyentuh Venice. Media terlihat mengambil foto pria picik itu dengan tertib.

Sesampainya di dalam ruang persidangan terlihat Nilam dan Sathit yang berusaha memaki Venice. Tapi terlihat sekali bila beberapa Konglomerat raksasa Thailand tidak merespon.

"Pembunuh itu telah menghabisi nyawa anakku? Aku hanya ingin keadilan!" Ucap Sathit ketika melihat Venice.

"Dia harus berakhir di penjara!" Nilam tidak terima.

Keamanan pun segera menenangkan situasi. Sebab persidangan akan di mulai sebentar lagi.

"Para hadirin semoga harap tenang." Titah pihak kepolisian.

Nang Minor yang ikut hadir di persidangan pun melihat dingin kearah Nilam. Bahkan Hakim kepala pun hadir di tengah-tengah persidangan. Venice duduk dengan Chok yang mengurusi sidangnya hari ini.

"Selamat pagi para hadirin semuanya. Kali ini persidangan akan segera di mulai. Jadi, semuanya mohon duduk di tempatnya masing-masing. Sebab palunya akan di ketok 3 kali." Ucap Hakim kepala dengan begitu tegas.

Palu kehakiman pun di ketok selama tiga kali. Hal itu membuat seluruh ruangan itu senyap.

Tok!! Tok!

Tok!!

Persidangan pun di mulai dengan begitu sinkron. Lalu saksi utama yaitu Paman Dang di panggil untuk memberikan kesaksian. Bahkan Sen sendiri juga hadir di sana.

"Silakan anda memberikan kesaksian?" Ucap Hakim wakil.

Iris mata Paman Dang melihat sekilas kearah Venice. "Tepat pukul 10. 00 pada malam itu saya hanya berjaga di Villa. Bahkan saya tidak berani untuk menganggu Khun Venice. Lalu malamnya tepat 12.34 malam. Nona Chalita ingin pulang. Bahkan saya menahannya, tapi beliau tetap memaksa ingin pulang sendiri. Sebab di hutan itu cukup berbahaya bila pergi sendirian."

"Baiklah. Lalu posisi Khun Venice saat itu?" Tanya Hakim kepala.

"Sebelum Nona Chalita pergi. Ada sedikit pertengkaran dan saya melihat bila Khun Venice di tampar oleh Nona Chalita." Jawab Paman Dang yang mulai merajut kata-kata.

"Baiklah." Hakim kepala pun mulai menelaah. "Selanjutnya, saudara Sen pada malam itu anda berada di posisi dimana?"

Sen pun duduk di kursi saksi dengan begitu panik. Bahkan Venice berharap dia tidak akan membuka mulut.

06. WHY Seasons 6 | A Whale Frequency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang