Chapter 22

264 21 18
                                    

"Seks itu seperti uang hanya terlalu banyak sudah cukup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seks itu seperti uang hanya terlalu banyak sudah cukup."
— Wristband Anakinn Theerapanyakun








•••









Hari ini menjadi pagi yang begitu berat untuk Jun. Sebab dirinya bergadang untuk membuat surat somasi untuk para pihak yang bersangkutan. Bahkan rekan-rekan juga sibuk mengirimkan surat somasi itu pada pihak yang merugikan.

Dirinya berdiri di depan cermin yang berada di dalam kamarnya. Jemari kekar Jun pun merapikan dasi dan memakai jasnya dengan rapi.

Kaki jenjangnya pun melangkah meninggalkan kamarnya. Dirinya pun memutuskan untuk pergi ke meja makan. Namun naasnya disana iris matanya melihat kearah sang Paman. Jun paham betul bila pria paruh baya itu adalah adik kandung dari Ibunya.

"Nak, apakah kau akan berangkat ke firma?" Tanya Talay pada keponakannya.

"Ya, Paman." Jawab Jun singkat.

Betul sekali. Bukan rahasia lagi bila Jun tidak terlalu akrab dengan sang Paman. Sebab dia tahu bila Pamannya ini seorang penjudi dan bermain jalang. Tabiat buruk Talay selalu di maklumi oleh Daounea.

"Ini Pha thainya sudah jadi." Ucap Daounea sambil menaruh masakannya di meja makan.

Iris mata Jun melihat kearah Ibunya. "Ibu, aku harus pergi dulu."

"Kenapa buru-buru? Bahkan kamu saja belum menyentuh piringmu." Kata Daounea pada sang putra.

"Karena aku ada urusan. Maafkan aku." Jawab Jun pada sang Ibu.

Kali ini Daounea terlihat begitu sedih dan melihat punggung putranya berlalu. Lalu iris mata Talay melihat kearah sang kakak yang terlihat layu dan sedih.

"Sudahlah! Dia sudah dewasa dan bukan anak-anak lagi." Tukas Talay pada kakaknya.

Iris mata Daounea melihat kearah sang adik. "Nong, apakah hari ini kau akan pergi ke Paris untuk pelelangan di galeri seni Dalí Paris?"

"Hmm... Aku juga dengar bila anak sulung dari bajingan Main itu akan datang dengan istrinya." Ujar Talay.

"Baiklah."

Sementara itu, tepat di kantor firma dimana Jun bekerja. Di dalam ruangan terdapat beberapa tumpukan barang bukti yang menggunung tinggi. Lalu iris mata Jun pun melihat kearah foto Paris bersama dengan Ayahnya.

Seketika Jun menyungging senyuman ketika melihat kearah bayi paus itu. Tidak lupa juga pria tampan itu membaca surat identitas milik Paris.

"Pengacara Jun, apa kau sudah membaca dokumen yang di kirimkan oleh Sekretaris Nop?" Tanya Chok pada Jun.

"Sudah. Bahkan surat somasi sudah aku serahkan pada asistenku." Jawab Jun yakin.

Chok pun memberikan sebuah kopi pada Jun. Kali ini mereka sibuk berbicara dengan begitu serius.

06. WHY Seasons 6 | A Whale Frequency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang