Chapter 64

183 23 24
                                    

"Apakah mereka yang kita mimpikan, atau yang gagal kita lihat di antara kita?"— Baron Arthit Napadon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah mereka yang kita mimpikan, atau yang gagal kita lihat di antara kita?"
— Baron Arthit Napadon










•••











Seminggu kemudian.

Lagi-lagi Paris mengurung dirinya di dalam kamarnya. Bahkan saat ini Baron mendapatkan peringatan dari Bos besarnya untuk menghadap.

Vegas menyadari bila tindakannya telah berlebihan untuk membentak Paris.

"Maaf, ada perihal apa Khun Wegath ingin bertemu dengan saya?" Tanya Baron pada Bos besarnya itu.

"Duduklah." Titah Vegas.

"Baik, Pak." Jawab Baron tegas.

Pemuda tampan itu pun mendudukkan dirinya di sofa yang berada di ruang kerja bosnya. Bahkan sekarang ini Vegas menuangkan alkohol kedalam gelas kristal.

"Minumlah. Aku harap kau sudah terbiasa meminum alkohol." Kata Vegas pada pemuda di hadapannya itu.

Baron pun segera memalingkan wajahnya dan meneguk alkohol itu sekali teguk. Setelah itu dia menaruh gelas kristal itu ke atas meja.

"Ehm..." Baron menahan untuk tidak bersendawa.

"Apakah rasanya pahit?" Tanya Vegas.

"Sedikit." Jawab Baron.

Pria kejam itu pun hanya tertawa ketika mendengar jawaban dari Baron. Bahkan sekarang ini kembali ke dalam topik. Sebab Vegas ingin sekali pengawalan Paris di pegang kembali oleh Baron.

"Aku menyuruhmu untuk datang kemari ingin menyampaikan perihal sesuatu padamu." Kata Vegas pada pemuda itu. "Mulai hari ini aku ingin pengawalan Paris berada di tanganmu kembali."

"Baik. Saya akan melaksanakannya." Jawab Baron dengan sangat yakin.

"Baguslah. Terima kasih." Kata Vegas pada pemuda itu.

Kali ini Baron menyadari bila kerap kali Paris akan menghindari dirinya. Namun dia akan tetap melindungi dan mengabdi pada Tuan mudanya itu.

Sementara itu, tepat di kamar milik Tuan muda Paris. Disana terlihat Nang Minor yang sedang membawakan kudapan serta obat untuk kesayangannya. Bahkan sekarang Paris hanya mengenakan baju tidurnya yang berwarna biru laut.

"Mommy." Panggil Paris pada Ibunya.

Nang Minor pun melihat kearah kesayangannya. "Ada apa?"

"Apakah hal ini sudah biasa?"

"Hah? Apa yang terjadi?" Nang Minor terdengar penasaran.

"Dadaku selalu berdegup kencang ketika bertemu dengan pria lain. Bukankah itu hanya perasaan biasa saja." Kata Paris yang tidak bisa memahami arti cinta.

06. WHY Seasons 6 | A Whale Frequency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang