Chapter 19

310 27 8
                                    

"Terkadang hal yang paling pintar untuk dikatakan adalah tidak berkata sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terkadang hal yang paling pintar untuk dikatakan adalah tidak berkata sama sekali."
— Valence Kornwit Treerapanyakun









•••










Valence menyempatkan dirinya pergi ke safe house setelah selesai pulang dari sekolah. Bahkan dia juga membawa baju ganti karena ingin menginap di safe house. Lucu lagi dirinya tidak tahu bila Nang Minor sudah berada di sana sejak tadi siang. Sekarang ini dirinya memilih untuk pergi mandi dan menikmati jus jeruk.

Iris matanya melihat kedua uke berbeda usia. Hal itu membuat Valence semakin merindukan sosok Rain. Lalu dirinya membayangkan bila Rain menjadi istri akan seindah apa hidupnya. Sekarang ini Valence terlihat seperti jomblo terlantar karena merindukan belahan jiwanya. Sekarang ini Nang Minor sibuk berkutat di dapur dan kakak iparnya sibuk mengurus Siena yang tidak mau di tinggal.

Bayi cantik itu terlihat bosan ketika Ayahnya belum kembali. Lalu jemari mungilnya sibuk memainkan baju rumahan milik Ibunya. Parahnya lagi Siena menarik baju itu dan menempel mulut.

"Oh tidak-tidak..." Ucap Sam yang takut bajunya sobek. "Baiklah. Minum air asi dulu sambil menunggu Daddy pulang."

Valence pun melihat kearah kakak iparnya sekilas. "Uke yang baik dan seksi." Puji Valence dan pergi ke dapur.

Disana iris mata Valence melihat Ibunya sibuk memasaknya bersama beberapa pelayan. Sebab ketika Sam ingin menitipkan Siena ke pada pelayan. Bayi kecil itu akan menangis sejadi-jadinya.

"Apa kamu lapar?" Tanya Pete pada putranya.

"Sedikit. Mungkin aku akan makan Snack dulu." Jawab Valence. "Nanti ketika mau pulang ke rumah. Valence juga ikut."

"Iya, bahkan Hiamu sebentar lagi akan sampai." Jawab Nang Minor.

Valence pun mengangguk dan mengambil Snack untuk mengisi kebosanannya. Bahkan sekarang ini Siena sedang di dalam situasi yang marah besar. Bayi kecil itu tidak memiliki niatan untuk minum air asi Ibunya.

"Hei! Apa kau baru saja ingin merobek baju Mommymu? Tarik saja tidak apa-apa." Ucap Valence pada keponakannya.

Iris mata Sam melihat adik iparnya. "Val, jangan katakan seperti itu? Keponakanmu sedang marah?"

"Ah... Apa kau mau snack? Itu tidak bisa uhwek!!" Valence pun menjulurkan lidahnya kepada Siena.

Tak berselang lama, Venice sudah kembali pulang kerumah. Hal itu membuat Siena senang dan meminta sebuah gendongan dari sang Ayah. Venice pun segera memakai hand sanitizer.

"Sini Daddy gendong." Ucap Venice pada putra kecilnya.

Sam pun menyerahkan Siena pada Venice. "Jaga Siena dulu dan aku akan membantu Mommy di dapur. Sedari tadi adikmu membuat Siena marah-marah." Adu Sam kesal.

06. WHY Seasons 6 | A Whale Frequency [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang