Peristiwa penyerangan yang dialami Andre dan Arfi menjadi topik yang trending dalam waktu kurang dari 15 menit. Seseorang user sosmed mengunggah video amatir tentang peristiwa yang terjadi di sebuah toko kue yang lumayan populer di kalangan pecinta makanan ringan yang menyediakan berbagai menu jajanan lokal. Helsa yang sedang bersantai di ruang keluarga sambil memainkan ponselnya terkejut melihat konten VT yang wara wiri nangkring di beranda akun sosmed-nya. Dokter muda itu masih menyimak dengan seksama. Tak lama kemudian, dia bergegas bangkit dari posisi duduknya berjalan menuju arah tangga segera menaiki anak tangga di sebelah ruang tengah. Dia berjalan terburu-buru menuju kamar untuk mengambil kunci mobil serta dompetnya yang diletakkan di laci nakas.Rani yang baru keluar dari kamarnya mengernyit heran melihat tingkahnya tampak terburu-buru seperti baru mendapat panggilan darurat.
"Non Helsa mau kemana? Kok buru-buru?" tanya Bi Ijah saat berpapasan di ujung bawah anak tangga tampak khawatir.
"Ada panggilan darurat, Bi."
"Nggak minum ini dulu, Non?"
"Bibi minum aja."
Helsa mengambil langkah lebar tak lagi menggubris Bi Ijah yang ditinggalkan dengan penuh tanda tanya. Rani turun perlahan dari anak tangga yang sama mendekati Bi Ijah untuk memastikan sesuatu.
"Kak, Els kemana, Bi?"
"Katanya ada panggilan darurat, Non." Bi Ijah segera mengubah ekspresinya agar Rani tidak bertanya macam-macam. Karena Bi Ijah tidak ingin Rani overthinking mengingat pesan Helsa kalau beberapa hari ini suasana hati kakak iparnya kurang baik.
"Tapi kok kelihatan aneh ya?"
"Kan, dokter, Non. Jadi sudah biasa kalau ada panggilan mendadak."
Rani mengangguk saja dan tampak percaya mengingat profesi Helsa yang memang seorang dokter. Dan memang hal ini sudah menjadi hal biasa jika ada hal urgent harus dilakukan.
"Kenapa Non Rani nggak baring saja? Nanti biar saya antar teh hangatnya."
"Saya bosan baring di kamar, Bi. Nungguin kak Arfi belum pulang. Katanya tadi cuma sebentar dan saya sekalian nitip kue tapi sampai sekarang malah belum kembali," adu Rani pada Bi Ijah dengan ekspresi wajah tampak ditekuk menahan kesal.
"Memangnya Non Rani nitip apa?"
"Getuk pisang."
Bi Ijah manggut-manggut sambil berpikir guna menganalisa sesuatu sesuai perkiraannya tentang keadaan Rani beberapa hari ini tampak agak berbeda dari biasanya.
"Non masih pusing?"
Rani mengangguk malas. Bi Ijah tersenyum melihat tingkah istri majikannya seperti sedang hamil muda. Walaupun Bi Ijah belum yakin kalau perempuan itu sedang berbadan dua, tapi ekspresi dan sikapnya mirip dengan kondisi seseorang yang sedang mengandung di trimester pertama. Raut wajah terlihat lesu badan sering letih meskipun tidak melakukan aktivitas yang berat. Kondisi Rani tampak seperti itu karena Bi Ijah hampir setiap hari mengamatinya.
"Apa perlu saya telepon dokter, Non?" saran Bi Ijah perhatian.
"Nggak usah, Bi. Saya kan nggak sakit," kilah Rani meyakinkan bahwa kondisi badannya baik-baik saja meskipun di mata orang lain tampak sebaliknya.
"Bukankah Non Rani sering pusing?"
"Iya sih sudah beberapa hari ini saya nggak enak badan."
"Mual nggak, Non?" tanya Bi Ijah memastikan dugaannya.
Rani menggeleng karena nafsu makannya tidak bermasalah walaupun sudah beberapa hari ini porsi makannya sedikit berkurang tapi tetap teratur seperti biasa. Dia hanya mengeluh pusing dan tubuhnya agak lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENJAGA HATI
Mystery / ThrillerKisah seorang gadis yg sangat putus asa hingga berniat mengakhiri hidup karena depresi dan dipertemukan dengan seorang pemuda yg berhati permata hingga akhirnya mereka menemukan kebahagiaan meski tak mudah menggapainya karena masa lalu masing-masing...