Kemelut Keluarga Dharmawan

66 10 0
                                    


Suara pria yang berteriak lantang menghentikan aktivitas seorang pemuda yang hendak memukul Carlos untuk kesekian kalinya. Teriakan yang membahana yang bergema di ruang tengah kediaman Dharmawan seperti momok yang menakutkan bagi siapapun yang mendengarnya termasuk Carlos tapi tidak berlaku untuk pemuda yang menoleh dengan tatapan nyalang seumpama dua mata elang siap menerjang. Pemuda itu menghempaskan tubuh tegap Carlos dengan sekali hentakan dan pria bertubuh kekar itu jatuh terjengkang ke lantai keramik dengan sangat keras.

Pria yang lebih dewasa berjalan mendekati pemuda dengan tatapan tajam berapi-api seolah-olah siap membakar  tubuh lawan bicara yang kini tampak mendidih naik pitam pula.

"Apa yang Kau lakukan?"

"Menghajar orang suruhanmu?' jawab pria yang tampak lebih muda.

"Seharusnya Kau berterima kasih padaku karena dendammu terbalaskan."

"Siapa yang dendam?" pekiknya lantang.

"Jangan bodoh! Tidak ada gunanya Kau meratapi orang yang tidak pernah menghargai perasaanmu."

"Tahu apa Kau tentang perasaanku, Danish? Bukankah selama ini Kau tak peduli dengan siapapun? Jangan pura-pura peduli padaku dan mencampuri semua urusan pribadiku."

"Pantas saja Kau tampak lemah. Benar apa yang dikatakan papa selama ini bahwa Kau rapuh hanya karena seorang wanita. Dimana kegarangan yang selama Kau banggakan sebagai keturunan Dharmawan jika Kau tampak seperti banci," cibirnya dengan hinaan.

"Tutup mulutmu, Danish! Jangan sampai rasa hormatku hilang karena sikapmu yang selalu berbuat seenaknya!" sentak Daniel penuh emosi.

Danish tersenyum sinis menatap sang adik dengan pandangan hina. Daniel yang dikuasai amarah menghampiri kakaknya dan melayangkan pukulan tanpa aba-aba. Namun Danis mampu menghindari serangan tak terduga tersebut.

"Bahkan Kau tak bisa memukulku adik manis. Hahaha," ejek Danish menghampiri Daniel kemudian melumpuhkannya dengan gerakan sekali memutar yang membuatnya tak berkutik.

"Lepaskan aku brengsek!" Ronta sang adik yang kiri kedua tangannya dalam kuncian Danish.

"Belajarlah lebih banyak sebelum melawanku anak kecil."

"Diam!"

"Bahkan selama ini tak sekali pun mampu mengalahkanku. Apa hanya ini yang bisa Kau lakukan?"

"Lepaskan aku dan hadapi aku satu lawan satu!" tantang Daniel.

Beberapa bodyguard kepercayaan Danish mendekat sesuai perintah.

"Mau apa kalian beraninya main keroyokan?" marah Daniel menatap kelima anak buah kakaknya yang siap meringkusnya seperti instruksi Danish.

Mereka pun melakukan apa yang diperintahkan oleh sang kakak namun Daniel masih terus berteriak dan berontak untuk melepaskan diri dari cekalan lima pria bertubuh kekar.

"Lepaskan aku brengsek! Sudah kubilang jangan mencampuri urusanku dengan Sandra. Dan tidak seharusnya kamu berbuat hal buruk terhadapnya," teriak Daniel tidak terima.

Danish bergeming menatap sinis adiknya.

"Kurung saja dia di ruangan khusus seperti biasa agar tidak lagi membuat kekacauan di rumah ini!" perintah Danish bernada datar pada anak buahnya dan mereka kemudian membawanya.

"Lepaskan aku Danish! Jika terjadi sesuatu dengan Sandra karena ulah orang suruhanmu aku tidak akqn tinggal diam," pekik Daniel dan masih berusaha melepaskan diri dari anak buah kakaknya.

"Dasar bodoh, seharusnya kau berterima kasih padaku karena dengan lenyapnya gadis itu, Arfian Yudhistira dan kau pun sama-sama tidak bisa memiliki."

Carlos yang masih bergeming dan berdiri di dekatnya mengernyit bingung dengan jalan pikiran bos-nya.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang