Kasih Telah Bermuara

246 35 28
                                    


Arfi berbicara serius pada bulik Ningrum mengenai rencana untuk melamar Arum hampir menghabiskan waktu satu jam. Ningrum masih terdiam menyimak penuturan Arfi yang tampak bersungguh-sungguh dengan niat tersebut. Sesekali Ningrum menimpali ucapan pemuda itu.

"Jadi, Nak Arfi benar sudah yakin dengan keponakan saya?"

"Tentu saja, Bulik. Saya tidak pernah ragu untuk memilih Arum sebagai pendamping hidup saya," jawab Arfi dengan yakin.

"Sebagai orang tua saya hanya ingin melihat kebahagiaan Arum  itu saja, Nak," ujar Ningrum berurai kristal bening di sudut netra kala mengingat kisah hidup Arum tidak secantik parasnya.

"Selama ini saya sangat menyayangi Arum begitu pun sebaliknya."

"Nak Arfi tahu sendiri, kan bagaimana kondisi Arum. Saya hanya tidak ingin keadaan Arum yang sekarang menjadi masalah dan diperdebatkan di kemudian hari dalam rumah tangga kalian nantinya mengingat Arum tidak seperti harapan yang Nak Arfi inginkan," ujar Ningrum masih berurai air mata.

"Jadi, intinya Bulik meragukan kesungguhan saya?"

"Bukan begitu, Nak. Hanya saja saya tidak ingin hal itu terjadi dalam rumah tangga kalian nantinya dan bisa saja Nak Arfi meninggalkannya karena menyesal memilih Arum," ungkap Ningrum.

"Justru karena saya tahu betul kondisi Arum, saya tidak pernah berniat meninggalkannya. Selama ini saya selalu berusaha untuk menjaganya. Bahkan saya menghabiskan waktu hingga beberapa bulan agar dia bersedia menerima saya," jelas Arfi.

"Pahamilah, Nak! Saya harap Kamu mengerti kenapa Arum bersikap seperti itu. Karena walau bagaimanapun harga diri seorang wanita terletak pada kegadisannya. Dan bagi kami yang masih menganut adat ketimuran hal itu sering menjadi syarat utama yang harus dijaga dan akan dipersembahkan pada suaminya kelak," beber Ningrum ungkapkan alasannya.

"Tapi sejujurnya, saya tidak pernah menjadikan itu sebagai syarat utama. Bagi saya ketulusan perasaan Arum terhadap saya adalah hal terpenting. Justru karena saya tahu betul bagaimana kondisi Arum. Oleh karena itu saya berniat untuk menjaganya dan selalu mendampinginya dalam keadaan bagaimanapun," jujur Arfi.

"Bisakah Kamu berjanji pada saya bahwa Nak Arfi tidak sekali pun berniat untuk meninggalkan Arum apapun kondisinya?"

"Iya Bulik saya janji."

Ningrum awalnya ragu dengan niat dan kesungguhan Arfi mengingat keadaan Arum sudah tidak seperti dulu lagi sebab beliau sempat mendengar cerita dari Riyanti bahwa keponakan Rahardi sudah diamankan polisi terkait kasus yang menimpa Arum. Ia menangis dalam diam mengenai penuturan dari Riyanti kala itu.

"Selama ini saya selalu berusaha  di sisi Arum apapun yang terjadi dan tidak pernah sekali pun berniat pergi meninggalkannya karena saya pernah merasa kehilangan seseorang karena takdir yang memisahkan dan sejak Arum hadir dalam hidup saya. Saya berjanji pada diri saya sendiri untuk selalu membersamainya sampai kapan pun karena saya sangat menyayanginya melebihi diri saya sendiri," beber Arfi penuh kesungguhan.

"Baiklah, Nak. Alangkah baiknya jika Nak Arfi secepatnya mengajak orang tuamu kemari dan kita secepatnya membicarakan tentang pernikahan kalian. Tapi kalau boleh saya menyarankan pernikahan kalian nanti harus diadakan di rumah ini dan tidak perlu sewa gedung dan tidak perlu mewah," usul Ningrum.

"Tentu saja Bulik. Itu tidak menjadi masalah. Dan saya akan secepatnya mengajak orang tua saya di Blitar untuk segera melamar Arum."

Ningrum mengangguk dengan senyum merekah. Ia kini benar-benar yakin bahwa Arfi adalah pria yang tepat untuk.mendampingi keponakannya.

"Kalau begitu saya pamit dulu, Bulik."

"Loh mau kemana to?" tanya Ningrum.

"Saya akan kembali ke hotel Tanjung Mas  di sebelah barat alun-alun, Bulik."

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang