TERIMA KASIH CINTA

87 6 0
                                    


Pucuk dicita ulam pun tiba, sesuatu yang sangat diharapkan Monica terwujud di depan mata. Pria yang ingin ditemui telah hadir di sana. Perempuan itu kehabisan kata-kata saat melihat pria yang masih dicintainya. Air mata penyesalan makin menganak sungai di pelupuk mata.

"Kamu---"

Arfi mendekati keduanya lalu meletakkan sebuah map yang berisi surat kesepakatan kerjasama.

"Ngapain kamu kemari, Ar?" Siska mengulang pertanyaan yang sama karena Arfi belum menjawab pertanyaannya.

"Aku lupa memberikan ini padamu, Sis."

Monica hanya membatu di tempatnya berdiri memperhatikan Arfi berbicara pada Siska.

"Ini surat pernyataan yang menyatakan pemutusan kerjasama yang kamu maksud itu?" tanya Siska memimta penjelasan.

Arfi mengangguk yakin.

"Jadi kamu benar-benar tak ingin melanjutkan kontrak?" Monica turut meminta penjelasan karena kehadirannya seolah tak dianggap.

Arfi menoleh seraya mengulas senyum.

"Aku rasa semua sudah jelas tertulis di berkas itu. Dan kamu bisa membacanya," ucap Arfi dengan lugas.

"Kenapa, Ar? Apa kamu masih membenciku?" tanya Monica dengan air muka tampak menyedihkan.

"Arfi sudah mengatakannya secara langsung. Jadi sudah jelas tanpa perlu dibahas," ucap Siska dengan santai.

"Tidak ada gunanya aku membencimu, Monic. Semua sudah berlalu dan aku tidak ingin menghancurkan hidupku dengan memelihara sakit hati dan amarah. Tiap orang pasti melakukan kesalahan. Dari kesalahan yang sudah kita perbuat, hal ini bisa menjadi pelajaran berharga agar kita tidak mengulangnya di kemudian hari. Aku tidak pernah menyalahkanmu, Monic. Karena aku tahu apa yang menimpamu selama ini bukan sepenuhnya kesalahanmu. Kamu hanya menjadi alat balas dendam Danish yang selama ini tidak kamu pahami tentang apa dan siapa yang menjadi target kakaknya Daniel. Bahkan dia sengaja menjatuhkan nama baik adiknya sendiri demi ambisi balas dendam bahkan aku tak mengenalnya dan tidak pernah bermasalah secara pribadi tapi Cassandra pun harus menjadi korban atas kesalahpahaman akibat cerita bohong dari keluarga Dharmawan."

"Apa maksudmu, Ar?" tanya Monica terlihat bingung.

"Selama ini kamu hanya dijadikan umpan untuk membalas sakit hati kakaknya Daniel. Padahal kamu tidak tahu apa-apa tentang masalah yang selama ini terjadi," ungkap Siska menjawab kebingungan Monica.

"Dari mana kalian mendapatkan cerita seperti ini?" Monica masih belum mengerti.

"Rama Kristanto," jawab Arfi.

"Adiknya Cassandra Wulandari," imbuh Siska.

"Kamu memang berada di pihak Danish tapi kamu tidak pernah menyadari setelah dia membuatmu jatuh cinta padanya lalu memanfaatkanmu untuk membalas dendam pada keluarga Yudhistira," papar Arfi.

Monica berderaian air mata usai mendengar penjelasan Arfi. Tubuhnya bergetar hebat meluapkam kepedihan yang dirasakan Arfi selama ini dan baru menyadari bahwa Danish hanya menjadikannya umpan selama ini. Penyesalan kian bertumpuk menggunung di dalam hatinya. Cinta dan kasih sayang yang dipilih justru menjadi bumerang bahkan melukai banyak orang.

Siska melihat penyesalan mendera sahabatnya tampak nyata pun akhirnya tidak tega melihat seseorang yang dulu disayanginya terlihat sangat rapuh. Bila mengingat masa lalu Monica yang penuh perjuangan membesarkan adiknya seorang diri membuat Siska merasa iba dan prihatin. Dia pun memeluk Monica tanpa diminta. Siska berharap bahwa dengan pelukan ini bisa membuat beban Monica terasa ringan.

Tangis Monica masih belum berhenti. Siska berusaha menyalurkan energinya membeei kekuatan di antara kerapuhan hati atas rasa sakit yang harus ditanggungnya sendiri dan nyaris mencelakai orang-orang yang tidak bersalah hingga adik laki-lakinya turut terseret tindakan kriminal kakaknya Daniel.

"Aku tahu kamu menyesal, Monic. Tapi bukan berarti tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki. Jika kamu ingin menebus kesalahanmu mulailah dengan hati yang bersih. Bunuh ego dan ambisimu serta semua penyakit hati agar hidupmu tentram," ujar Siska dengan bijak.

Siska mengusap punggung Monica memberikan ketenangan agar tidak dilanda bimbang. Perlahan perempuan itu melonggarkan pelukan. Tangan kanannya menghapus sisa jejak kristal yang menumpuk di ujung mata.

"Terima kasih, Sis."

Siska tersenyum bahagia melihat senyum haru Monica di antara isak tangisnya. Arfi turut merasa lega setelah mengungkap sebuah rahasia tentang dendam Danish yang salah sasaran hingga nyaris mencelqkai orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dan tidak mengerti apa-apa tentang masa lalunya.

"Kalau begitu aku harus kembali pulang, Sis. Aku tak mau membuat istriku menunggu," pamit Arfi.

"Tunggu, Ar!" cegah Monica menghentikan langkah Arfi di ambang pintu.

Arfi menoleh sebentar mengernyit dahi tidak mengerti.

"Bolehkah aku memelukmu sebagai salam perpisahan?" pinta Monica.

"Kalau Rani sampai tahu kamu pelukan sama mantan dan salah paham, aku tidak bisa membantu, Ar. Jadi selesaikan masalahmu sendiri," ancam Siska mengangkat kedua tangannya ke atas hendak keluar dari ruangan tersebut menghindari aksi keduanya.

"Sis, kamu jangan mengancamku!"

"Ar, please!" Monica memohon dengan sangat.

"Tidak, aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu. Rani pasti cemburu jika aku berdekatan lagi denganmu. Dan aku tak mau membuatnya kecewa."

"Tapi, Ar, ini hanya sebagai salam perpisahan," pinta Monic sekali lagi.

"Tidak!" tolak Arfi dengan tegas dan segera berlalu dari ruangan itu yang ingin segera pulang."

Siska yang tidak mau terlibat masalah dengan rumah tangga Arfi mwlipir pergi beberapa menit yang lalu. Sedangkan Monica yang tidak kehabisan akal pun dengan gerakan gesit mendekap Arfi dari belakang sambil menangis sesenggukan.

Arfi yang tidak siap dengan dengan pelukan dadakan tersebut merasa terlambat menghindar. Dia hendak melepas tautan kedua tangan yang mingkar di perutnya.

"Sebentar saja, Ar! Aku mohon!"

"Tolong lepaskan, Monic! Jangan sampai aku menarik kata-kataku dan menumbuhkan kebencian di hatiku," tegas Arfi.

Monica yang sempat menolak mau tak mau segera melepas pelukannya terhadap Arfi. Dia tidak ingin Arfi membatalkan permintaan maaf hanya karena hal sepele.

"Pergilah!" ucapnya pasrah.

"Kamu harus yakin bahwa kelak kamu pasti menemukan seseorang yang lebih baik dariku." Arfi melangkah pergi diiring senyum tulus untuk Monica.

Kini dia tinggal sendiri di ruang kerja Siska ditemani hampa. Sunyi menyapa nurani seakan-akan hanya hening yang tertinggal. Cinta yang digenggam pun sirna hanya karena khilaf dibalut angkara. Namun hidup harus tetap berlanjut. Dengan kesalahan dirinya bisa belajar banyak hal dengan tidak mengulang terperosok di lubang yang sama. Dengan belajar menyadari semua yang terjadi lalu mengambil hikmah dari segala peristiwa. Dan hari ini Minica mendapat pelajaran berharga dari mantan kekasihnya.

Arfi adalah sosok pria idaman banyak wanita. Seseorang yang mampu mencintai dengan tulus, setia penyabar dan pemaaf serta tahu bagaimana memperlakukan wanita yang dikasihi dengan kelembutan hati dan sangat penyayang. Begitulah penggambaran sosok ideal yang dimiliki Arfian Yudhistira di mata Monica.

"Terima kasih atas kasih tulusmu selama ini. Cintamu akan selalu kukenang di dalam palung hati."





Bersambung ....

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang