Nila Nareswari

127 19 4
                                    


Sejak Firman pulang ke kota kelahirannya, pria itu lebih memilih tinggal di kota Tulungagung dan belum berniat pulang ke rumah orang tuanya yaitu di Kota Blitar. Salah satu alasan yang membuatnya kurang berkenan pulang ke sana adalah karena terkuaknya fakta tentang kebohongan yang telah dilakukan oleh sang ayah. Orang yang selama ini sangat ia hormati telah membuatnya sangat kecewa. Terlebih lagi usai tabir tersibak tentang keterlibatan sang ayah atas kejadian pilu yang menimpa Arum. Ia tidak menyangka jika Rahardi tega berbuat itu terhadap Arum dengan mengumpankan Thomas. Sepupunya dijadikan pion untuk melancarkan semua tindak kriminalitas agar kebusukan sang ayah selama ini tetap tersimpan rapi.

Satu hal yang membuat Rustam Rahardi lupa bahwa serapi apapun bangkai disembunyikan lambat laun pasti tercium. Semua kebenaran akan terbuka tinggal menunggu waktu kapan saatnya tiba. Setelah dua puluh tujuh tahun lamanya tirai itu terbuka. Lewat pengakuan Thomas dan rekaman video tentang penyebab kematian Sundari membuka semua aib yang selama ini dirahasiakan oleh sang adik Rahardi Suteja. Pada akhirnya Thomas meradang saat tahu Rahardi tidak bisa menepati janji untuk tidak melukai ibunya--Sundari. Sebelumnya tanpa diketahui Rahardi, Thomas memasang kamera mini di rumahnya untuk mengawasi semua gerak gerik anak buah Rahardi. Untung saja rekaman tidak diketahui oleh anak buah Rahardi. Jadi rekaman dari video itu ia jadikan bukti untuk menjerat semua kejahatan saudara dari ayahnya.

Firman merenung dalam diam mengingat semua peristiwa buruk yang dialami olehnya, Arum serta keluarga pamannya disebabkan oleh ayahnya sendiri. Sampai kini ia masih belum bisa mempercayai semua yang telah terjadi.

"Nak Firman," panggil Riyanti Firman menoleh sebentar.

"Apa ndak sebaiknya pulang ke rumah dulu. Sambang ke rumah bapak ibu?"

Firman menghembuskan napas kasar. Terasa malas saat mendengar Riyanti menyebut ayahnya.

"Apa saya salah jika saya masih kecewa dan marah pada beliau. Jujur saja, Bulik. Saya benar-benar tidak sanggup melihat kekecewaan ibu saya nanti jika saya pulang."

"Saya mengerti perasaanmu, Nak. Walau bagaimanapun baik buruknya ayahmu, ia tetaplah orang tuamu. Kalau bukan karena dia Kamu tidak akan ada di dunia ini. Jadi sebenci apapun dan semarah apapun itu tidak akan mengubah takdirmu karena dalam dirimu mengalir darah Rahardi," nasehat Riyanti dengan bijak.

"Lantas bagaimana dengan mbak Nila yang tidak diakui beliau. Dia juga darah dagingnya, Bulik. Tapi kenapa beliau bisa setega itu hingga dulu berniat membunuhnya. Bukankah almarhumah bu Ningsih adalah kekasihnya dan mbak Nila adalah buah cinta mereka. Meski pun tidak punya status," ungkap Firman diiringi nada penuh kekecewaan sambil menjeda ucapannya sejenak.

"Coba Bulik bayangkan apakah saya masih harus menghormatinya. Bahkan beliau menyuruh Thomas untuk menodai Arum. Jika Thomas tidak menuruti perintahnya pasti bulik Sundari yang akan jadi sasarannya. Hanya manusia keji yang bisa berbuat itu pada orang terdekatnya bahkan darah dagingnya sendiri," marah Firman.

"Selama dua puluh tujuh tahun, Bulik menyembunyikan identitas mbak Nila hanya demi keselamatannya agar terhindar dari orang suruhan ayah saya. Mbak Nila itu juga darah dagingnya, Bulik. Coba Anda bayangkan apakah seorang ayah pantas disebut ayah jika beliau justru ingin menghancurkan masa depan anaknya sendiri. Itu bukan perbuatan manusiawi, Bulik. Bahkan seekor harimau saja tidak tega memangsa anaknya. Apa yang sudah dilakukan oleh ayah saya itu benar-benar keterlaluan dan tidak bisa dimaafkan, Bulik," ucap Firman panjang lebar dengan deraian air mata.

Riyanti menunduk sedih mengingat nasib Ningsih dan Nila yang tidak diakui oleh Rahardi bahkan dulu berniat mencelakainya.

"Aku tidak butuh pengakuan dari keluarga besar Subrata, Fir," cetus Nila baru tiba di ruang tengah turut bergabung dengan pembicaraan mereka.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang