(6) TITIK TERANG

401 42 0
                                    

Sejak Andre menceritakan perihal pertemuannya dengan pria bertopi di resto beberapa waktu lalu, Siska sering mendapatkan teror berupa surat kaleng dan tak jarang pula sebuah kotak misterius yang isinya mengerikan terkadang ayam disembelih. Gadis itu merasa ngeri dan terancam kemudian menceritakan kejadian itu pada Arfi. Dengan sigap Arfi segera menghubungi seseorang yang menjadi kepercayaannya mencari tahu tentang peneror tersebut. Awalnya begitu sulit untuk menemukan peneror itu, namun lambat laun orang suruhannya itu mendapat titik terang.

"Pak Arfi, saya sudah menemukan orang suruhan fotografer itu," kata orang suruhannya itu saat menelpon.

"Dimana tempatnya?" tanya Arfi.

"Di Jalan Iswahyudi Nomor 10. Perum Cempaka Putih."

Arfi segera memutus sambungan telepon seluler bergegas menuju alamat yang disebutkan oleh orang suruhannya tersebut. Beberapa menit kemudian ia tiba di sana. Setelah mendapat sedikit intruksi dari orang kepercayaannya itu ia menemui seseorang bernama Ringgo alias Edo. Sampai di rumah yang dimalsud tadi, ia perlahan mengetuk pintu kediaman orang tersebut.

Tok ... tok ... tok

Tanpa lama menunggu, si pemilik rumah itu membuka pintunya perlahan. Muncullah sosok yang ingin ditemui Arfi. Pria itu menatap heran penuh tanya dengan kedatangan Arfi. Orang itu tertegun sejenak memperhatikan penuh selidik.

"Permisi! Bisakah saya bertemu dengan Ringgo alias Edo?" sapa Arfi membuyarkan konsentrasi orang itu yang masih menatap curiga.

"Anda siapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Arfi, orang itu malah bertanya balik.

"Maaf sebelumnya. Apa benar, Kamu yang bernama Ringgo?" tanya Arfi sekali lagi.

Orang itu hanya mengangguk dengan sorot mata tak bersahabat. Tanpa bertele-tele Arfi langsung menaruh amplop coklat berisi sejumlah uang di meja dengan menerobos masuk ke dalam sebab tak kunjung dipersilakan masuk. Pria bernama Ringgo itu pun paham dengan maksud Arfi.

"Memangnya pekerjaan apa yang bisa kulakukan untuk, Anda ..." ucap Ringgo menggantung karena tak tahu nama orang di hadapannya.

"Panggil aku Tira," jawab Arfi.

"Apa yang harus aku kerjakan Tuan Tira?"

"Aku butuh info darimu?" ujar Arfi.

"Info tentang apa?"

"Katakan padaku siapakah orang yang meneror Fransiska Pricilia?" desak Arfi.

"Memangnya berapa uang Anda, Tuan Tira? Hingga aku harus mengatakan sesuatu padamu?" tolak Ringgo.

"Bukalah amplop itu!" suruh Arfi pada Ringgo untuk membuka amplop di meja.

Ringgo membuka amplop itu perlahan dan tercengang dengan jumlah uang di dalamnya melebihi upah yang diterima dari orang yang menyuruhnya. Dia tersenyum devil menyiratkan maksud. Tanpa membuang waktu mengalirlah cerita tentang seseorang yang membayarnya untuk meneror orang yang dimaksud Arfi. Dia tak tahu menahu tujuan orang yang menyuruhnya itu, yang ia tahu hanya menjalankan perintah dan mendapat upah tak peduli urusan orang yang menyuruh. Bagi Ringgo asalkan dapat uang apapun akan dilakukan selama tidak menganiaya orang. Dia bisa disebut sebagai orang bayaran tapi hanya sekedar melakukan pekerjaan ringan saja misal memata-matai maupun teror untuk menggertak korban yang menjadi target orang yang membayarnya. Dari cerita Ringgo dugaan Arfi tidak meleset dan sama persis seperti cerita Siska tempo hari tentang fotografer yang sempat dicurigai sepupunya dan seorang lagi yang belum jelas identitasnya berinisial DND.

Sejak saat itu Arfi meningkatkan kewaspadaan dan tetap mengutus orang kepercayaannya untuk mengawasi gerak gerik Ringgo. Pria itu memang sudah membongkar kedok orang yang menyuruhnya namun Arfi tak percaya sepenuhnya. Ringgo adalah orang bayaran yang pandai berkelit, bisa saja ia membuat statement palsu sehingga ia sangat berhati-hati mengambil tindakan untuk mengikuti alur permainan lawan.





PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang