PERMINTAAN NILA

139 30 32
                                    


Keinginan Nila Nareswari untuk menemui Thomas ternyata mengalami hambatan. Hal ini dikarenakan bahwa menurut keterangan dari pihak kepolisian, Thomas menderita gangguan mental akut. Setelah diperiksa oleh seorang ahli psikiater pria itu menderita gangguan psikologi yang disebut bipolar. Alasan itulah yang mendasari pihak kepolisian melarang Nila dan Firman mengunjungi  Thomas. Kini Nila pulang dengan tangan hampa. Dan sudah keempat kalinya berusaha menemui Thomas namun tetap saja hasilnya nihil.

"Fir, Kamu mau, kan? Nganterin aku ketemu sama Arum?Mumpung aku masih di Jakarta, aku pengen banget ketemu sama Arum. Kalau Thomas aku nggak berharap lagi," pinta Nila.

"Bukan aku nggak mau nganterin Mbak ke sana. Tapi masalahnya Arum sedang tidak bisa ditemui untuk saat ini menurut informasi yang kudengar dari rekanku di klinik, Arum sedang kambuh," keluh Firman tampak lesu mengingat kondisi hubungannya dengan Arum sudah kandas.

"Maksudnya, Fir?"

"Seperti yang pernah aku katakan bahwa Arum pernah mengalami depresi. Itulah penyebab Arum sulit ditemui," ungkap Firman.

"Pasti  dia sangat menderita," keluh Nila turut bisa merasakan berada di posisi Arum.

"Tapi saya tetap akan berusaha untuk mempertemukan Mbak sama dia," jelas Firman.

"Benarkah, Fir?"

"Tentu saja."

"Tapi Mbak harus menemani saya di rumah. Jadi Mbak Nila tidak perlu sewa kontrakan buat tinggal sementara."

"Iya deh. Tapi saya jadi nggak enak, Fir. Terus-terusan numpang hidup sama Kamu tanpa berbuat apa-apa."

"Mbak Nila nggak boleh ngomong gitu. Walau bagaimanapun Mbak adalah saudara perempuan saya. Meskipun keluarga besar Subrata tidak bersedia mengakui keberadaan Mbak. Saya tetap menganggap Mbak sebagai kakak saya. Karena di dalam diri kita masih mengalir darah yang sama," ujar Firman beri pengertian.

"Tapi---"

"Mbak, saya tidak minta apa-apa kok. Saya cuma ingin belajar menebus kesalahan ayah di masa lalu. Dan Mbak Nila berhak mendapat pengakuan itu walaupun mereka tidak akan pernah mau menerima kenyataan," papar Firman.

"Terima kasih, Fir."

Firman mengangguk saja.


🍀🍀🍀


Beberapa hari kemudian ia berusaha meminta bantuan Helsa agar diijinkan menemui Arum ketika ia bertemu di klinik. Meskipun Helsa tetap saja menolak permintaannya.

"Els, apa sesulit itu untuk menemui Arum," tanya Firman.

"Bukankah aku sudah menjelaskannya, Fir. Jadi tolong mengertilah. Untuk apa lagi Kamu menemui Arum? Asal Kamu tahu sejak Kamu meminta hasil rekam medis Arum enam tahun lalu sebagai bahan untuk bukti tentang peristiwa yang yang dialaminya akibat dari perbuatan sepupumu, dia depresi," ungkap Helsa.

"Tunggu, Els. Apa maksud ucapanmu? Saat itu aku hanya menemuimu. Bagaimana itu bisa berpengaruh pada mental Arum?"

"Aku juga tidak tahu, Fir. Yang jelas kondisinya kembali seperti dulu dan ada kemungkinan dia mendengar pembicaraan kita wakyu itu," desah Helsa terdengar sendu.

"Bolehkah aku bertemu dengannya, Dok?" suara seseorang mengalihkan perhatian Helsa.

Helsa mengerutkan dahi dengan sorot mata penuh tanya ke arah seorang perempuan cantik yang tiba-tiba menginterupsi pembicaraan mereka entah sejak kapan hadir di sana.

"Kok Mbak Nila sampai sini?" tanya Firman.

"Maaf, Fir. Tadi aku mengikutimu tanpa sepengatahuanmu. Mungkin dengan begini aku bisa segera bertemu dengan Arum. Seperti ceritamu waktu itu kalau Arum benar-benar masih hidup. Pasti bulik Ningrum senang mendengar kabarnya."

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang