ACARA LAMARAN/SISETAN

390 30 16
                                    

Tiap daerah memiliki adat sendiri-sendiri. Begitu pun di kota tempat kelahiran Arum. Di sebuah kota kecil yang mendapat julukan kota marmer ini memiliki tradisi yang bisa dibilang unik. Salah satunya adalah acara pertunangan atau istilahnya disebut sisetan. Sekitar lima hari yang lalu setelah kepulangannya, sesuai janji yang sudah disepakati keluarga dari kedua belah pihak masing-masing, acara pertunangan atau di Tulungagung disebut istilah sisetan. Orang tua Arfi yang memang tinggal di kampung halamannya tak jauh dari Kabupaten Tulungagung. Mereka berdomisili di Kabupaten Blitar dekat Wisata Kampung Coklat yang beralamat Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan.

Dalam pertemuan dua pihak keluarga masing-masing, mereka membicarakan perihal acara lamaran. Mereka pun sepakat bahwa acara lamaran itu dilaksanakan tanggal 25 Mei 2022 dan pernikahan pada akhir bulan Juli tepatnya 24 Juli. Sesuai adat di Tulungagung hari baik yang dicari itu sudah dibawa oleh pihak dari keluarga calon mempelai perempuan. Hari baik yang sudah ditentukan itu pun memang ditanyakan pada sesepuh yang nantinya berperan sebagai orang sepuh dan bertugas nemokne temanten (dalam istilah jawa) atau bisa disebut mempertemukan pengantin di puncak acara dalam adat jawa. Orang yang bertugas mempertemukan dua calon mempelai pada saat temu manten disebut Dukun Tukang Nemokne temanten.

Dari pertemuan pertama kali saat pihak keluarga calon mempelai pria mendatamgi rumah calon mempelai wanita dalam acara lamaran tersebut menghasilkan kesepakatan bersama antara keluarga dari pihak calon mempelai masing-masing. Untuk mematangkan acara pertunangan mereka, keluarga dari pihak calon mempelai wanita pun bergantian mendatangi rumah calon mempelai pria selain wujud silaturahmi, mereka juga ingin tahu rumah orang tua dari besan untuk menjalin keakraban karena sebentar lagi pernikahan antara Arfi dan Arum telah menyatukan dua keluarga. Beberapa kerabat serta tetangga dan sesepuh dari pihak keluarga Arum ke sana membahas tentang pernikahan sekaligus menyampaikan hari baik untuk acara temu manten nanti yang akan dilaksanakan sesuai hari baik yang sudah ditentukan tersebut.

Seperti acara lamaran pada umumnya yang selalu membawa seserahan, dari pihak calon mempelai perempuan juga membawa seserahan pada pihak keluarga calon mempelai pria. Tentunya seserahan tersebut agak berbeda dari daerah lain dan sudah sesuai standar yang berlaku di pedesaan pada umumnya. Dimana yang dibawa itu bukan hanya berupa makanan seperti kue nagasari tak lupa hal yang harus ada yaitu jadah. Makanan khas yang disebut jadah terbuat dari beras ketan. Jadah ini selalu ada dalam acara sisetan sebab mengandung filosofi seperti sifat beras yang lengket bisa menjadi pelajaran bagi setiap calon pengantin agar keduanya senantiasa memiliki hubungan yang erat dan sulit untuk dilepaskan.

Selain jadah dan makanan tradisional lainnya ada pula bumbu dapur berupa bawang merah, bawang putih, cabai, dua karung beras yang turut dibawa dan diserahkan pada pihak keluarga mempelai pria. Sedangkan acara tukar cincin juga dilaksanakan di rumah orang tua Arfi pada tanggal 25 Mei 2022. Selain orang tua Arfi dan beberapa kerabat mereka hadir dalam acara itu. Helsa, Siska, Tasya dan Andre turut hadir dalam acara itu.

Pada acara pertunangan mereka saat ini terlihat jelas letak keunikan tentang prosesi lamaran sesuai adat di Kabupaten Tulungagung dimana pihak keluarga dari calon mempelai wanita mendatangi rumah calon mempelai pria meskipun keluarga dari pihak calon mempelai pria sudah datang terlebih dahulu untuk meminang calon istrinya. Tujuan keluarga dari pihak mempelai wanita ke rumah calon mempelai pria itu sekadar memantapkan calon mempelai pria atas jawaban dan kesediaan yang bersungguh-sungguh untuk membina rumah tangga. Bertujuan untuk meminta nembung calon pengantin pria atas permintaannya waktu itu saat meminang calon istri.

(Nembung = jawaban)

Dalam adat yang berlaku di Kabupaten Tulungagung hal seperti ini sudah lumrah dan sangat umum dilakukan tentang tata cara lamaran sebab telah menjadi tradisi. Hal ini terjadi karena tidak lepas dari pengaruh cerita rakyat Ande-Ande Lumut yang terkenal ketampanannya hingga para wanita tertarik padanya lalu mendatangi rumah Mbok Rondho Dadapan. Dalam penyamaran Ande-Ande Lumut yang sebenarnya adalah Raden Panji Asmoro Bangun yang notabene seorang pangeran dari kerajaan Panjalu dalam rangka mencari kekasih hatinya yang hilang bernama Galuh Candra Kirana putri dari Jenggala. Dan mereka pun dipertemukan saat saudara para Kleting datang ke rumah Mbok Rondho meminta ijin agar diterima menjadi istri Ande-Ande Lumut. Ada Kleting merah, Kleting Biru dan Kleting Hijau dan terakhir Kleting Kuning yang tampak buruk rupa dan justru dipilih oleh Ande-Ande Lumut.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang