Bosan.
Satu kata di atas sangat menggambarkan bagaimana perasaan seorang gadis berusia 18 tahun itu. Mendengarkan penjelasan dari guru tak membuat ia bersemangat, justru suaranya menjadikan dirinya mengantuk.
"Hoamm." Ia menguap seraya menatap malas ke depan lalu menolehkan kepala ke jendela di mana hari sangatlah cerah. Cuaca yang pas untuk tidur.
Secara perlahan, tapi pasti. Gadis yang baru saja memasuki sekolah baru itu terlelap hingga kepalanya menunduk dalam.
Hal apa yang ia lalui sampai merasakan kebosanan seperti itu?
"Cas! Bangun! Cass!" panggil seorang gadis yang telah menginjak usia 19 tahun. "Lo semalem begadang atau gimana, sih? Bentar lagi kita presentasi Cas! Bangun!"
Bagaimana ia tidak langsung terbangun bila tubuhnya diguncang begitu kencang serta pipinya dicubit? Berakhir matanya mengerjap secara perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk melalui retinanya.
Presentasi? Apanya? Bukankah tadi sang guru sedang menjelaskan tentang hukum fisika?
"Akhirnya. Lo kenapa susah banget dibangunin? Pasti ladenin cowok-cowok lo itu, kan?" timpal gadis lainnya di sisi kiri berambut kuncir dua. Kesannya sangat lucu, mendukung sekali untuk wajahnya. Tetapi tidak dengan sifatnya.
Kelas. Sama, tapi berbeda. Ini semacam kelas khusus jenjang selanjutnya yang biasa ia lihat di kehidupan perkuliahan.
Mata beriris biru pucat itu membola. "Ini di mana?" katanya menatap lurus ke depan, di mana ada 3 orang sedang melakukan presentasi.
"Lo ngigo? Ya kita di kelas lah! Mau presentasi. Jangan bilang lo lupa? Gue hajar lo, ya!" ancam gadis di sisi kanannya.
"Casphia, lo jangan gini, dong! Gue panik banget ini, soalnya habis ini kita yang maju," ucap gadis imut di sebalah kirinya.
Casphia? Apa ia tak salah dengar? Namanya seperti tidak asing.
"Siapa?" tanyanya mengernyitkan dahi. "Casphia?"
"Siapa lagi? Nama lo kan Casphia! Masa gue panggil Maya, sih?" sewot gadis di kanan.
"Gis, kayaknya nyawa Casphia belum kekumpul, deh. Dia jadi bego gini."
"Kayaknya iya, Nes. Aneh banget."
"Cassia." Sontak kedua gadis pada sisi kiri dan kanannya menatapnya secara bersama. "Nama gue Cassia."
"Fiks mimpi!" ucap mereka berdua bebarengan.
"Itu yang di belakang jangan ribut sendiri! Perhatikan teman kalian!" teriak seorang Dosen membuat mereka bertiga seketika diam karena mendadak menjadi pusat perhatian.
"Lo, sih!" bisik gadis di kanannya rendah.
"Kok gue? Lo lah!" balas gadis di sisi kirinya tak terima.
"Diam!" lerainya merasa sebal seketika.
Lagipula ia berada di mana, sih? Padahal tadi sedang duduk di kelas sekolah barunya. Mengapa tiba-tiba bisa pindah ke kelas perkuliahan begini? Apalagi ia masih belum resmi menjadi mahasiswa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Introverts to Extroverts
Teen FictionCassia adalah gadis pendiam dengan trauma masa lalu yang membuatnya sulit mempercayai orang. Namun, hidupnya berubah saat ia tiba-tiba terbangun di dunia yang asing. Bukan ruang kelas sekolah barunya, melainkan ruang kelas perkuliahan yang sama sek...