xvi. feel

1K 121 16
                                    

Sepulang dari bermain bersama Regan mampu menyebabkan tubuhnya sangat lelah. Casphia baru saja sampai di rumahnya pukul delapan malam yang tadinya pergi pada pukul sepuluh pagi. Luar biasa. Casphia sendiri sampai merasa heran bahwa tubuhnya bisa bertahan lama.

Kali ini Casphia sedang berbaring menatap langit-langit kamarnya seusai membersihkan tubuh dan bersiap untuk tidur. Akan tetapi bukannya tertidur, justru pikiran Casphia melayang kejadian siang tadi saat bertemu dengan Hector.

Bagaimana mendeskripsikannya? Casphia tersenyum secara tiba-tiba.

Menjelang hampir dua bulan, Casphia sudah bisa beradaptasi dengan baik. Rasanya seperti sudah mengenal semua orang di sekitarnya dengan baik meskipun Casphia tidak benar-benar percaya dan masih sedikit membatasi dirinya.

Namun melihat mereka seperti mendukungnya penuh, Casphia tidak bisa mengabaikan itu begitu saja. Terkhususnya Agnes serta Giselle yang banyak membantunya selama ini.

Waktu yang singkat, tetapi Casphia sudah seperti melakukan perjalanan yang panjang.

Ditambah kehadiran seseorang tak terduga seperti Hector dan Regan yang terus mengusik kehidupannya walaupun masih ada orang lain, tetapi yang paling berdampak hanya dua orang itu saja. Lainnya? Casphia tidak anggap karena mereka bagaikan seorang figuran yang bila ditolak, maka akan benar-benar menyerah.

"Regan, ya?" Seorang lelaki yang tiba-tiba mendatanginya langsung ke kafe setelah pertandingan basket kala itu.

Tampan dan kaya. Tipe ideal Casphia sekali, tetapi ia tidak melihat dari dua kriteria itu. Regan cukup menyenangkan dan itu saja tidak lebih.

Bila Hector, maka lain ceritanya. "Nyebelin!" sungut Casphia ketika momen bersama Hector terulang bagaikan kaset.

Hector berbeda. Lelaki itu merupakan seseorang paling menyebalkan yang pernah ia temui dan seseorang yang mampu membuat dirinya merasakan perasaan positif pada dirinya selama ini yang hanya merasakan perasaan negatif. Seperti sedih, kecewa, frustasi maupun depresi.

Namun bila bersama Hector, Casphia merasa bahagia meskipun Hector itu sangat menyebalkan. Baginya hanya lelaki itu saja yang mampu membuat dirinya bereskpresi lebih.

Casphia tahu bahwa ia suka kepadanya.

Benar. "Huft," hela napas Casphia seraya mengusap wajahnya lalu kembali tidur menyamping memeluk guling.

"Gue gak sebodoh itu," gumam Casphia. Ia memang tidak sebodoh itu untuk menyadari bahwa dirinya merasakan perasaan lain pada Hector. Itupun sebelumnya Casphia harus mencari tahu di internet perihal penjelasan rasa suka kepada lawan jenis.

Setidaknya harap dimaklumi karena ini perdana bagi seorang Casphia merasakan perasaan lain terhadap lawan jenis, bahkan sampai tidak ada di dalam bayangannya dulu.

Casphia hanya suka, belum jatuh. Karena pada dasarnya ia hanya mengenal Hector selama hampir sebulan. Hector masihlah orang asing dan bagaimana bisa ia suka kepada karakter yang dibuatnya sendiri?

"Seharusnya yang kena karma Casphia bukannya gue!" ucap Casphia berdecak sebab ia mengakui bahwa dirinya menjadi baper karena Hector yang bersikap menyebalkan, tetapi perhatian di satu waktu.

"Arghh! Gak taulah!" teriaknya cukup frustasi.

Untuk kali ini Casphia akan membiarkan. Toh, nyatanya perasaan ini pasti hanya sesaat ditambah Casphia benar-benar awam dengan hal ini.

Tidak mungkin bertanya kepada Agnes maupun Giselle. Casphia malas bila mendapat ledekan. Itu sangat memalukan rasanya.

Biarlah malam ini Casphia overthinking karena esok jadwal kuliah hanya ada di online saja.

Introverts to ExtrovertsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang