xi. unfair

5.6K 404 36
                                        

Perjalanan dari kampus ke Ask Me Coffee sebenarnya tidak begitu jauh, tetapi kemacetan sore hari membuat perjalanan menjadi lebih lama dari biasanya. Banyak para pekerja maupun pelajar ingin pulang ke rumah mengakibatkan jalan raya menjadi jauh lebih padat.

Namun, di dalam sebuah mobil mengalami suasana keheningan dan hanya terdengar suara klakson maupun kebisingan dari luar. Casphia sibuk menatap ke depan sebab tak ada hal yang mau dikatakan kepada Hector, sedangkan Hector sesekali melirik ke kiri untuk melihat spion, ia takut bila ada pengendara yang dekat mobil lalu membuat lecet.

Akan tetapi, sejatinya Hector hanya ingin melihat Casphia.

Hector bimbang sebab ada banyak pertanyaan di dalam kepalanya untuk Casphia. Haruskah ia bertanya? Tapi untuk apa? Itu akan mempermalukan dirinya sendiri.

"Sejak kapan lo deket sama Regan?"

Damn it. Kenapa pikiran dan tubuhnya tidak bisa sinkron? Hector merutuki dirinya, tetapi nasi sudah menjadi bubur. Bila sudah terjadi, terjadilah. Memutar waktu kembali pun tidak mungkin untuk dilakukan.

"Deket?" Casphia kebingungan seraya memutar arah fokusnya dari kemacetan menjadi Hector.

"Semua orang ngira lo berubah karena baper sama Regan," jelas Hector seketika menyebabkan Casphia langsung mengernyitkan dahinya.

"Siapa yang bilang?" kejut Casphia menatap Hector yang kini sudah fokus menatap ke depan kembali.

"The rumors say that," balas Hector membuat Casphia bersandar pada kursi mobil.

"Lo gampangan." Hector menatap tak terima kepada Casphia yang dengan mudah mengatainya.

"Perlu gue kasih kaca?" sinisnya.

"No, thanks," balas Casphia membuat Hector mendengkus.

"Lo gak bantah rumor artinya lo beneran baper sama Regan," kata Hector terkekeh sinis. "Gimana rasanya kena karma, Cas?"

"Gak bantah bukan berarti bener, Kai. Semua orang mau denger apa yang mau mereka denger sekalipun gue bantah. Kayak lo contohnya," sindir Casphia tersenyum miring sehingga Hector membalas dengan menyentil dahinya.

"Sakit!" kesal Casphia mengusap dahinya yang sudah memerah. Mengapa lelaki di sampingnya ini sangat suka menyentil, sih? Casphia jadi kesal sekali.

Hector mengabaikan itu dan lebih memilih bertanya, "Kenapa lo berubah?"

Kemudian ia menarik rem tangan sebab kembali terjebak dalam kemacetan lalu lintas, padahal kafe sudah berada di depan mata. Tersisa beberapa meter dari posisinya saat ini.

"Hard to explain," jawab Casphia menghembuskan napasnya.

"Banyak gaya lo bocah!" Hector berkata sembari bereskpresi meledek membuat Casphia menatapnya kesal.

"Apa? Mau marah? Marah aja gak usah ditahan. Wajah lo udah jelek jadi tambah jelek, tau?" ejek Hector berakhir membuat Casphia merasa geram, tetapi wajahnya langsung ia alihkan ke kiri. Malas melihat ekspresi menyebalkan milik Hector.

"Ngambekan dasar bocah. Mana yang katanya gak bocah?" sinis Hector tersenyum mengejek, lagi.

"Iya gue masih bocah! Kenapa? Masalah?" Kekesalan Casphia akhirnya meledak. Kenapa setiap di depan Hector amarahnya terus pecah seperti ini? Percuma saja Casphia bertanya-tanya dalam benaknya bila penyebabnya adalah Hector sendiri.

Suara kekehan Hector semakin membuat wajah Casphia masam. Akan tetapi saat menolehkan kepalanya, tatapan mereka bertemu. Hector yang menatap dengan mata penuh ejekan dan Casphia dengan tatapan kesalnya.

Introverts to ExtrovertsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang