Sudah berapa tahun berlalu?
Nama Casphia Madeline kini menjadi salah satu yang paling dikenal di dunia modeling. Bahkan, ia berhasil masuk dalam daftar 50 Top Models—sebuah pencapaian luar biasa yang dulu hanya bisa ia impikan.
Empat tahun.
Ya, empat tahun telah berlalu begitu cepat. Semua kerja keras dan dedikasi yang ia curahkan tidak sia-sia. Hasilnya melampaui ekspektasi, memberikan kepuasan yang bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Seperti sore itu, ketika Casphia tengah bersantai di apartemennya setelah seharian bekerja.
Suara pintu yang dibanting keras membuatnya tersentak. Ia menoleh cepat, hanya untuk melihat seorang pria melangkah masuk dengan langkah lebar dan ekspresi penuh amarah. Aura dingin langsung memenuhi ruangan. Dalam hitungan detik, sebuah majalah dilempar ke meja ruang tamu, membuat Casphia menatap penuh kebingungan.
"Kenapa?" tanyanya, suaranya bingung saat menatap Hector yang berdiri di depannya dengan wajah gelap.
"Kenapa? Kamu masih bisa nanya kenapa setelah kamu foto mesra sama dia?" suara Hector tajam, penuh tekanan.
Casphia menelan ludah.
"Cas! Kamu pikir aku gak punya hati?"
Nada tinggi Hector membuatnya tersentak. Selama empat tahun bersama, ini pertama kalinya Hector semarah ini.
"Bentar, lo ... cemburu?" tanya Casphia hati-hati. Meski sudah setahun terakhir Hector memintanya menggunakan aku-kamu, ia masih sering tergelincir menggunakan sapaan lama.
"Cowok mana yang gak cemburu waktu tau ceweknya deket sama cowok lain, Cas?" geram Hector. Suaranya lebih rendah kali ini. Tangannya terangkat ke pelipis, jelas mencoba menahan diri.
Casphia tidak tahu harus merasa senang atau takut.
"Jujur, lo habis lihat apa sampai marah kayak gini? Selama ini gue kerja bareng model cowok juga, dan lo biasa aja. Tapi kali ini?" tanyanya mencoba memahami sumber amarah Hector.
Casphia tahu, sesuatu yang lebih besar dari sekadar majalah itu sedang mengganggu pikirannya.
Hector akhirnya mengeluarkan ponselnya dan tanpa berkata apa-apa, memutar sebuah video sesi pemotretannya saat itu.
Di layar, terlihat Casphia dan Victor, partner photoshoot-nya, bercanda sambil mengenakan pakaian bertema pasangan.
"Lo kelihatan bahagia di sini," ujarnya datar.
Casphia mengerutkan kening.
"Hah?" Ia dengan cepat merebut ponsel Hector untuk melihat lebih jelas. "Emang gue gak boleh bahagia?"
"Never. Without me," balas Hector tegas.
Casphia terdiam, matanya menatap Hector dengan ekspresi tidak percaya. Tangannya menegang di ponsel itu.
"Kai ... lo aneh," ucapnya akhirnya. Tidak ada ketakutan dalam suaranya, hanya rasa bingung dan sedikit jengkel.
Dulu, tatapan Hector seperti itu membuatnya gentar. Tapi kini? Ia merasa sudah terbiasa.
"Aneh?" Hector menatapnya tajam, senyum miris menghiasi wajahnya. "Kamu yang aneh."
Casphia mendesah, lalu menatap Hector dengan ekspresi serius.
"Kamu sadar gak kalau sikap kamu ini posesif?"
"I know," jawab Hector tanpa ragu.
Jawaban itu membuat Casphia terdiam. Matanya menelisik kembali ke layar ponsel Hector dan tidak sengaja menekan tombol kembali sehingga kedua matanya membulat, terkejut sesaat sebelum akhirnya menunduk. Senyum kecil namun penuh kekecewaan menghiasi bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introverts to Extroverts
Novela JuvenilCassia adalah gadis pendiam dengan trauma masa lalu yang membuatnya sulit mempercayai orang. Namun, hidupnya berubah saat ia tiba-tiba terbangun di dunia yang asing. Bukan ruang kelas sekolah barunya, melainkan ruang kelas perkuliahan yang sama sek...
