Bagaimana bisa suasana yang tadinya penuh kehangatan berubah menjadi suram seperti ini? Casphia melirik ke kanan dan ke depan secara berulang kali. Banyak pasang mata kini tertuju ke arah mereka. Wajar saja, karena di ruangan itu ada seorang aktris yang sedang menjadi hot topic sekaligus model papan atas di negara ini—Jeniva.
"Cas, ayo pulang," ajak Hector sambil menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Kak, tunggu!" sela Jeniva menahan tangan Hector. Akan tetapi, lelaki itu langsung menepisnya dengan dingin.
"Kamu masih benci sama aku?" tanyanya, nada suaranya terdengar getir.
Benci? Casphia tercengang. Tunggu dulu, sejak kapan Hector mengenal Jeniva? Dan sekarang dia bahkan membenci perempuan itu?
"Gak usah sok kenal," balas Hector ketus setelah selesai membereskan laptop. Ia lantas menarik ikat rambut Casphia dan memakaikan topinya dengan gerakan cepat, seolah tak ingin berlama-lama di sana.
"Tapi kita emang kenal dan kita baru ketemu lagi setahun lalu. Kamu mau terus begini, Kak?" balas Jeniva, nadanya memohon.
Kata-katanya terdengar ambigu dan perasaan Casphia mulai tak enak. Apalagi ketika Jeniva meliriknya dengan sinis.
"Jangan bikin orang salah paham kalau lo gak mau karier lo anjlok, Jeniva," ujar Hector tegas, nada suaranya tajam. Ia langsung menarik lengan Casphia dan menjauh dari kafe itu.
Casphia menurut, menyadari suasana hati Hector sedang sangat buruk.
"Kakak!" teriak Jeniva sambil berdiri, suaranya memohon. Namun, Hector tak memedulikan. Ia terus berjalan hingga mereka masuk ke mobil hitamnya dan meninggalkan parkiran kafe.
Bisik-bisik mulai terdengar di kafe membuat Jeniva menghela napas. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, kemudian tersenyum tipis meski jelas rasa frustrasi menguasainya.
"Ren, tolong cari informasi tentang perempuan itu," katanya lirih, matanya masih tertuju pada arah kepergian mobil Hector.
***
Di dalam mobil, suasana terasa tegang. Hector mencengkeram erat setirnya, sementara Casphia duduk dengan gelisah. Pikirannya dipenuhi hal-hal negatif, menyebabkan perasaannya kacau.
Hector melirik sekilas ke arah Casphia yang kini sedang menggigit kukunya. Pemandangan itu sangat jarang terjadi karena kekasihnya hanya melakukannya saat benar-benar merasa cemas dan overthinking. Ini adalah kedua kalinya Hector melihatnya seperti itu, dan ia tahu Casphia sedang dilanda kegelisahan berat.
"Jeniva itu anak dari omnya Ethan. Alias sepupu jauh gue," ujar Hector memecah keheningan.
Casphia tersentak dari pikirannya, lalu menoleh menatap Hector.
"Dia suka sama gue dari kecil, sampai semua orang waktu itu dukung buat ngejodohin gue sama Jeniva. Tapi adek gue ...." Hector berhenti sejenak, suara dan ekspresinya mengeras.
"Adek gue, Helena, gak setuju. Semakin gede, Jeniva lama-lama jadi obsesi ke gue. Tapi tiap ada Jeniva, Helena selalu jadi tameng gue buat nyingkirin dia. Sampai akhirnya, setahun lalu, adek gue jatuh dari tangga karena Jeniva dorong dia. Sejak itu, Helena koma sampai sekarang."
Kata-kata Hector membuat Casphia terdiam. Ia kehilangan seluruh kalimat yang ingin ia sampaikan, hingga akhirnya berkata pelan, "Gue minta maaf karena gue ngebuka luka lo lagi. Dan semoga adek lo cepet sadar, Kai. Gue ... gue juga baru tau lo punya adek. Gue pacar yang payah, ya? Gue bahkan gak tahu banyak tentang lo, tapi lo tau semuanya tentang gue."
Casphia tersenyum miris, lalu menundukkan kepala.
Benar, Hector meskipun sering menyebalkan, ia selalu tahu banyak tentang Casphia. Sementara dirinya? Ia baru tahu bahwa Hector punya seorang adik. Selama ini, Casphia hanya tahu Hector adalah anak kedua dalam keluarga Theophilus, karena kakaknya, Hendrix, sering muncul di berita yang membahas keluarga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introverts to Extroverts
TeenfikceCassia adalah gadis pendiam dengan trauma masa lalu yang membuatnya sulit mempercayai orang. Namun, hidupnya berubah saat ia tiba-tiba terbangun di dunia yang asing. Bukan ruang kelas sekolah barunya, melainkan ruang kelas perkuliahan yang sama sek...
