xxii. suspicion

804 102 47
                                    

Pertengkaran itu berakhir damai dan sesuai permintaan Giselle bahwa hari kemarin Casphia menghabiskan hari spesialnya bersama kedua sahabatnya dan juga dua orang asing yang entah bagaimana tiba-tiba sudah masuk ke dalam hidupnya.

Memangnya apa yang diharapkan dari pertengkaran kemarin?

Pada hari berikutnya, yaitu hari ini seperti biasa Casphia akan memulai pagi harinya dengan belajar lalu kembali bekerja.

Namun hari ini ada yang berbeda dari biasanya, semua orang memberikan ucapan selamat kepadanya dan juga ada beberapa orang memberikan dirinya hadiah sampai mampu membuat tas serta tangannya menjadi penuh.

Nyatanya menjadi populer tidaklah semenyenangkan itu, justru Casphia merasa kerepotan. Sangat. 

"Waduh, gue aja belum ngasih hadiah ke lo, tapi lo udah dapet aja. Mana banyak banget lagi," kejut Agnes menggelengkan kepalanya dramatis saat Casphia datang ke kelas dengan keadaan penuh.

Giselle terkekeh kecil lalu mengernyit sekilas. "Tapi hadiahnya jauh lebih sedikit daripada tahun lalu. Apa gue salah?"

"Lo bener, kok. Kebanyakan yang ngasih lo hadiah, cewek apa cowok, Cas?" tanya Agnes menatap Casphia yang sudah duduk di kursinya setelah meletakkan hadiah-hadiah itu di dekatnya.

"Second," jawab Casphia dan langsung dipahami oleh kedua temannya. 

"Berarti bener dugaan gue," gumam Giselle masih bisa didengar kedua temannya.

"Karna Casphia sendiri emang udah gak sok akrab kayak dulu dan yang ngasih ke Casphia kalau dari sisi cowok karna emang niat terselubung. Kalau dari cewek menurut gue ya karna emang mau bales hadiah Casphia yang pernah Casphia kasih pas mereka ultah gak, sih?" tebak Agnes mengernyitkan dahinya.

"Bener. Semenjak lo mulai part-time, temen lo lama-lama berkurang ya, Cas," ungkap Giselle menatap Casphia yang sudah meletakkan buku tulisnya di atas meja. Sudah siap untuk menerima ilmu.

"People come and go," balas Casphia singkat.

"Ya iya sih, tapi kan relasi juga penting kali, Cas. Siapa tau di masa depan lo butuh pertolongan mereka, kan?" ucap Agnes menumpu dagu mengarah ke Casphia yang mulai bersandar di kursinya.

"Padahal lo duluan yang ngomong kalau punya temen banyak gak repot, justru seneng karna bisa dapet relasi." Giselle ikut menambahkan, tetapi Casphia menggelengkan kepalanya sekilas.

"Kalau dulu relasi penting karena you know what I mean," jawab Casphia mengedikkan bahunya.

"Sialan, bener juga!" seru Giselle.

"Karena lo udah berubah, jadi lo udah gak peduli, ya?" kekeh Agnes merasa lucu. "Tapi gapapa, sih. Biar gue yang jalanin hal itu, lo cukup punya temen kayak gue sama Giselle juga udah pas banget."

"I know." Casphia tersenyum melirik kedua temannya sekilas. "Jangan baper."

Selanjutnya tubuhnya tergoncang akibat dorongan dari kedua temannya. Berakhir mereka bertiga tertawa bersama sampai seorang dosen memasuki kelas untuk memulai pemberian ilmunya.

***

"Gue berasa yang dikasih hadiah bawa banyak kado kayak gini." Kekehan Giselle disambut anggukan kepala oleh Agnes, sedangkan Casphia tersenyum geli.

Saat ini mereka bertiga sedang menuju lobby fakultas untuk menuju ke parkiran sembari membawa hadiah Casphia yang banyak itu. Hitung-hitung mendapat pahala sudah membantu teman, bukan?

Namun mereka tak sadar bahwa saat mereka tengah bercanda gurau, terdapat sebuah ancaman dari balik punggung mereka sehingga kejadian yang akan membuat nama Casphia melambung naik pun terjadi begitu cepat.

Introverts to ExtrovertsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang