Pecahnya kehebohan tadi berakhir dengan Casphia mengambil beberapa hadiah yang terjatuh maupun dijatuhkan di lantai dibantu Hector dan juga kedua temannya untuk diletakkan pada bagasi mobil Hector.
"Mobil gue gimana?" tanya Casphia setelah memakai seatbeltnya.
"Parah." Hector menjawab dengan gelengan kepala. "Kalau lo gak bisa rawat mobil minimal ngecek ke bengkel sebulan sekali, Cas. Kalau kayak gini lo bener-bener bego."
Capshia memberengutkan wajahnya. Baru saja mengeluh tentang kesalahan Casphia asli, ia kena lagi.
"Banyak yang perlu diganti, apalagi mobil lo baru masuk bengkel semenjak lo beli mobil. Kalau gak bego apa namanya?" marah Hector melirik Casphia yang sudah berdecak pelan.
"Mahal, ya?" cicit Casphia merasa takut bila tagihannya kali ini sangatlah besar, apalagi menyangkut biaya servis mobil.
"Lo serius nanya gitu, Cas?" Hector melirik Casphia tak habis pikir. "Ternyata mahasiswa beasiswa gak sepinter itu kayak apa yang dibilang orang-orang," cibir Hector mampu menyulut amarah Casphia yang baru saja meredam.
Casphia tidak menjawab setiap kalah dari perdebatan atau tidak bisa menjawab lagi sebab mengakui kesalahannya.
Lantas apa yang dilakukan oleh Hector? Tentu ikut diam dan tidak berkomentar sebelum Casphia berbicara lagi kepadanya.
Seperti saat ini contohnya.
"Kai," panggil Casphia menatap Hector yang meliriknya sekilas sebab fokus menyetir.
"Lo suka sama gue, ya?" tebak Casphia hampir saja menyebabkan Hector tersedak lidah maupun mengerem dadakan. Untung saja Hector berhasil mengendalikan dirinya.
"Kepedean lo," sinis Hector.
"Emang pede." Casphia menjawab penuh percaya diri. "Gue gak bisa lagi pura-pura bego buat gak liat effort lo selama ini buat gue. Jadi, gue sampe kesatu kesimpulan. Lo suka sama gue." Ini bukan lagi pertanyaan, melainkan pernyataan.
"Effort? Emangnya gue lakuin apa aja ke lo?" tantang Hector menatap dengan tatapan menyebalkannya.
"Lo mau gue repotin. Anter-jemput gue ke kampus, padahal jarak rumah lo ke gue jauh." Casphia masih menatap mata Hector. Mata beriris abu-abu itu. "Lo rayain ulang tahun gue sampe semuanya dibayar sama lo. Kemarin, mobil gue mogok dijalan. Lo nyamperin gue, even posisi gue udah mau sampe rumah. Terakhir, hari ini lo nolongin gue. Padahal gue tau, gue gak setiap hari bareng lo terus."
Hector bergumam menganggukkan kepalanya. "Gue cuma nolongin lo karna lo temennya pacar Eric. Ternyata lo baper sama gue, Cas?"
Alis Casphia berubah menukik. "Lo baper sama gue."
"Enggak, tuh?" Hector mengedikkan bahunya membuat Casphia langsung menggeram. "Gue udah bilang, kan? Gak usah kepedean."
"Gue emang pede!" kukuh Casphia membuat Hector mendengkus geli.
"Karna gak ada manusia yang mau bener-bener nolongin tanpa adanya imbalan!" desis Casphia lalu mengigit bibirnya merasakan ngilu pada sudut hatinya.
Itu benar karena semasa hidupnya, tidak ada seseorang yang benar-benar baik tanpa adanya imbalan. Jikalaupun ada, pasti orang itu sangatlah langka.
Agnes dan Giselle. Keduanya adalah temannya dan baik hati dengannya, tapi Casphia tidak percaya begitu saja meskipun mereka sudah berteman dengan Casphia asli sedari SMA.
"Kalau iya?" Hector berucap lalu menaikkan alisnya.
"Emang iya," tekan Casphia menyebabkan Hector menjalankan laju mobilnya secara perlahan supaya bisa menambah waktu untuk bisa mengobrol lebih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introverts to Extroverts
أدب المراهقينCassia adalah gadis pendiam dengan trauma masa lalu yang membuatnya sulit mempercayai orang. Namun, hidupnya berubah saat ia tiba-tiba terbangun di dunia yang asing. Bukan ruang kelas sekolah barunya, melainkan ruang kelas perkuliahan yang sama sek...
