Satu, dua, tiga ... sudah genap dua minggu Casphia bekerja menjadi wajah sekaligus seorang kasir di Ask Me Coffee dan selama itu pula Casphia tidak bertegur sapa dengan sang pemilik sejak kejadian malam itu.
"Hector kemana?" tanya seorang pelanggan perempuan ketika Casphia sedang melayaninya.
"Gak tau," jawab Casphia seraya menunggu struk tercetak dan menghitung uang kembalian.
Perempuan itu berdecak kencang. "Bohong! Cepet kasih tau gue, kemana Hector? Dia udah hampir dua minggu gak dateng ke kampus!"
"Iyalah, ngapain Hector ke kampus? Hector ke kampus selain bimbingan emangnya ngapain lagi?" sahut Brian— seorang bartender yang merupakan teman Hector.
Wajah perempuan itu mulai memerah. "Ba-basket! Hector join event basket. Besok fakultas FEB tanding."
"Oh? Bener juga," balas Brian melupakan bila Hector ikut dalam event tersebut.
"Cas, buruan kasih tau. Cuma lo yang deket sama Hector!" ucapnya kepada Casphia sembari menerima uang kembali beserta struknya.
"Kita gak deket."
"Deket!"
"Gak."
"Deket!"
"Jangan ngeyel," ketus Casphia menghembuskan napasnya lelah. Ini sudah perempuan ke berapa yang bertanya keberadaan Hector? Rasanya ia sangat muak. "Silahkan menunggu di meja Anda. Pelanggan lain sedang menunggu."
Perempuan tersebut menampilkan raut kesalnya bersamaan dengan mengambil nomor meja secara kasar. Tidak lupa kakinya menghentakkan tanah. Casphia hanya menggelengkan kepalanya sekilas.
Memang mereka saja yang kesal? Dirinya juga kesal karena selalu ditanya hal sama.
Sebuah sapaan riang disertai senyuman manis sehingga menampakkan lesung pipinya itu membuat Casphia menengadahkan kepalanya dari layar komputer kasir.
"Hei, Cas. Kita ketemu lagi," sapanya.
"Regan," lirih Casphia malas.
Hanya Regan yang tidak absen mendatanginya. Benar-benar luar biasa effort lelaki itu. Casphia jadi merasa kesal karena energinya terkuras dengan cepat bila ada Regan— si manusia extrovert.
"Senyum, dong. Jutek banget wajahnya. Nanti cantik lo gak keliatan," rayu Regan membuat Casphia memutar kedua bola matanya jengah.
"Pesen apa?" tanya Casphia mengabaikan rayuan Regan yang sudah menjadi makanannya akhir-akhir ini.
"Kayak biasa, Cas," balas Regan sehingga Casphia yang sudah hapal pun memproses pesanan lelaki itu.
"Gimana tawaran gue kemaren? Mau gak? Gratis, nih. Semua gue yang bayarin," kata Regan karena Casphia diam untuk memproses pesanannya.
"Jawaban gue bakal selalu sama." Casphia melirik sekilas Regan yang sudah menampilkan ekspresi lesunya. Bila dibayangkan seperti anjing yang menurunkan telinganya. Sedikit lucu.
"C'mon, Cas. Cuma ke taman bermain, please?" mohon Regan dengan wajah melasnya.
Casphia memberikan struk beserta nomor meja kepada Regan. "Itu aja, kan?"
Regan yang bingung Casphia merespon pesanannya atau ajakannya pun mengerjapkan kedua matanya. "Minggu. No nego," kata Casphia tersenyum tipis.
Nyatanya seseorang ekspresif seperti Regan mampu kehilangan kata-katanya ditambah senyuman tipis Casphia yang tidak pernah ia dapatkan dari pertama kali bertemu di kafe membuat Regan semakin mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introverts to Extroverts
Fiksi RemajaCassia adalah gadis pendiam dengan trauma masa lalu yang membuatnya sulit mempercayai orang. Namun, hidupnya berubah saat ia tiba-tiba terbangun di dunia yang asing. Bukan ruang kelas sekolah barunya, melainkan ruang kelas perkuliahan yang sama sek...
