Entah bagaimana jadwal yang seharusnya sangat luang menjadi padat seketika, padahal Casphia sudah mengajukan cuti untuk dirinya beristirahat. Kenyataannya sangatlah berbeda, justru setelah kuliah ia mengobrol dengan kedua temannya sampai pukul tujuh malam dan kini Casphia harus menuju tempat lain untuk mengobrol lagi.
Namun, dengan orang yang berbeda. Tujuannya kali ini bukanlah sebuah kafe maupun taman, melainkan sebuah restoran bintang lima. Mengingat kejadian yang sudah lumayan lama berlalu itu membuat Casphia menghembuskan napasnya tat kala di depannya saat ini terdapat sebuah bangunan restoran tempat di mana dirinya menangis karena merasa kesal.
Memalukan.
Tempatnya persis dan Casphia benci hal itu. Akan tetapi, kakinya tetap melangkah menuju seorang lelaki yang akhir-akhir ini hinggap di pikirannya.
"Why this place?" kesal Casphia begitu duduk tepat di hadapan lelaki itu, Hector.
"Pengen aja." Dengarlah jawabannya ini, sangat menyebalkan.
"Awas aja kalau gue yang bayar," ancam Casphia menatap Hector yang sudah tersenyum miring.
"Gue gak semiskin itu buat minta dibayarin sama lo."
Walaupun kesal, Casphia merasa lega sebab uang tabungannya tidak berkurang. Tiga menit kemudian, beberapa pelayan datang membawakan makanan yang telah dipesan oleh Hector sebelum Casphia tiba.
"Makan dulu," kata Hector karena tahu bila Casphia pasti akan menanyai maksud menyuruhnya datang ke sini.
Casphia menurut meskipun kebingungan. Untung saja di kafe tadi, ia hanya memesan minuman dan menyicip sedikit makanan yang dipesan oleh kedua temannya.
Mereka makan secara diam di tengah keramaian restoran ini. Tidak seperti waktu itu, restoran lantai dua penuh akan orang-orang yang melakukan dinner. Casphia dapat melihat berbagai tujuan melakukan dinner di restoran mewah ini, seperti dinner romantis khas pasangan, dinner satu keluarga, atau dinner dengan perusahaan dan dilanjutkan meeting.
"So?" Casphia mulai membuka suaranya setelah mengusap bibirnya nenggunakan tisu karena Hector sudah selesai semenit yang lalu.
"Lusa gue ke LN," kata Hector seketika membuat Casphia terdiam.
Setelah membasahi bibirnya dan menguasai diri seusai terkejut, Casphia bertanya, "Kenapa?"
"Bokap nyuruh gue belajar megang perusahaan."
"Terus graduate lo?"
Melihat Hector menggelengkan kepala sanggup memberikan serangan kejutan bagi Casphia untuk kedua kalinya. "Gue skip karena udah janji sama Bokap bakalan belajar bisnis kalau skripsi gue udah selesai."
Hector menghela napas pelan. "Gue gak sebego yang lo pikir. Gue emang sengaja aja lamain biar gak disuruh megang, tapi karena lo bilang mau naikin value lo, gue gak bisa diem aja, Cas."
Bagaimana, ya? Casphia terdiam karena dirinya dilanda kebimbangan.
"Gue tau, lo takut dan gue juga sama." Hector menarik tangan kanan Casphia yang berada di atas meja. "Satu hal yang harus lo tau. Kalau gue serius mau ngejar lo dan bakalan bikin lo jatuh ke gue."
"How?" Mengingat Hector akan pergi ke luar negeri.
"Lo ngeraguin gue?" Hector tersenyum tipis sebab merasa diremehkan. "Meskipun gue ke LN, gue bakalan tetep bisa bikin lo jatuh."
Entah sadar atau tidak, Casphia mengeratkan genggaman tangannya dan Hector sadar bila perempuan di depannya ini sedang takut.
"Lo cukup percaya gue. Bisa?" tanya Hector kepada Casphia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introverts to Extroverts
Teen Fiction[100% Fluff] Akibat trauma masa lalu membuat Cassia menjadi pribadi yang pendiam dan memiliki trust issue. Namun apa yang terjadi ketika ia memejamkan mata saat mengantuk dan kembali membuka mata, ia berada di dunia lain? Bukan ruang kelas sekolah b...