The News

37 2 0
                                    

Iren terbangun dari tidurnya, ia sudah berada di rumah, dan Clarissa sedang pergi bekerja, ia berjalan ke dapur rumahnya untuk membawa apple juice sambil membuka social media dan mengirim pesan kepada putra untuk mengucapkan selamat pagi. Ia lalu membaca sebuah poster yang ada di social media postingan teman nya yang menyerukan ajakan untuk ikut berdemo terkait penggusuran wilayah padat penduduk siang ini.

"Mereka tau darimana ya kalo bakalan di gusur siang ini, perasaan baru semalem putra minta" gumam nya dalam hati sambil duduk dan melihat komen dari postingan seruan tersebut

"PENGUSAHA SERAKAH"

"TEGAKAN KEADILAN!"

"#justiceforwilayahx"

"Biadab!"

"Penguasa serakah!"

"Ramaikan!"

"Hadir"

"Hukum tumpul ke atas"

Adalah beberapa komentar yang iren baca dari postingan tersebut.

********

"Halo, kamu dimana?" tanya iren ketika putra menghubunginya

"Masih di sini, baru bangun, sore paling aku baru ke rumah sebentar" jawab putra

"Kamu udah liat poster ini belum?" tanya iren sambil mengirimkan screenshot dari postingan poster yang tadi pagi ia baca

"Mmmhh" sahut putra ketika melihat dan membacanya

"Kok mmhh?" tanya iren

"Ya gapapa, itu bukan urusan ku"

"Ko gitu?"

"Itu kerjaan oknum, yang nutupin surat tanah palsu yang mereka bikin" sahut putra

"Gaada opsi lain?" tanya iren

"Gaada"

"Kamu sudah coba?"

"Sudah"

"May i know?"

"Bentar" jawab putra sambil terdengar meminum air dan menyalakan rokok

"Gini, beberapa bulan yang lalu, aku sudah menawarkan kepada penduduk biaya ganti tanah yang mereka tinggali, padahal itu secara data negara juga bukan milik mereka, surat tanah milik mereka itu palsu, dibuat oleh pihak tidak bertanggung jawab dulu, tapi aku sudah coba ganti sesuai harga tanah saat ini"

"Lalu?" tanya iren

"Ada yang mau, ada yang tidak mau, ada yang malah jual mahal dengan nominal sangat besar"

"Kok bisa?"

"Nah itu, pertanyaanya kok bisa mereka udah di tawarin uang layak tapi masih ada yang gamau, alesanya itu banyak, dan ya namanya manusia punya nilai sentimentil masing2 kan"

"Mmhh gitu, lalu?"

"Aku udah kasih waktu mereka selama satu bulan, untuk membaca surat penawaran yang aku kasih, kali ini termasuk harga bangunan rumah, ngga cuma harga tanah"

"Lalu?"

"Dirobek, dibakar, sambil mereka posting di social media"

"Ihh, kok gitusih"

"Coba cari aja beritanya"

"Terus mereka tau darimana kalo hari ini akan di gusur?"

"Pertanyaan bagus, harusnya yang tau cuma petugas kan ya, tapi kok bisa bocor. Kepikiran gak sama kamu, misal kamu adalah orang yang berkuasa pada saat itu, tanah itu milik negara, harusnya ngga dijual atau dibikin rumah penduduk pada saat itu, tapi kamu bikinin mereka surat tanah palsu, uang nya masuk ke kamu. Dan ternyata suatu saat semua surat tanah palsu itu ketauan dan kebetulan dibeli oleh suatu orang atau perusahaan secara legal ke negara, siapa yang salah?"

"Ya yang bikin surat palsu itu lah!" jawab iren

"Nah itu jawabanya" jawab putra

"IH!? jadi yang bikin seruan demo juga yang malsuin surat itu!?" tanya iren ketika sadar maksud putra

"Exactly"

"Tapi kan ini temen aku yang pos, masa dia bikin surat palsu, mana bisa"

"Dia kan cuma posting, bukan bikin atau inisiasi, coba liat, ada ngga lembaga resmi atau dukungan resmi di poster tersebut? siapa yang bikin? kalopun ada dari komunitas a,b,c atau d bikin poster yang sama untuk seruan demo, itu mereka tergerak karena atas dasar kemanusiaan yang mereka liat dari luar atau kejadiaan saat ini mau digusur, kan? apakah mereka tau kalo sebelumnya sudah pernah ditawarin opsi lain?"

Iren terdiam mencoba memahami,

"HAH? emang gitu ya?" tanya iren

"Aku ngga bisa bilang semua gitu, tapi ya kamu sekarang bisa nilai dan liat dari perspektif lain kan" sahut putra

********

Iren karena penasaran, terus mencari informasi dan update terkait demo yang saat ini sedang terjadi, masa terlihat membakar ban dan menutup jalan vital.

**

Putra sedang dalam telfon bersama walikota, walikota meminta putra untuk menunda penggusuran, sambil pemerintah mencari solusi terbaik

"Pak, dengan segala hormat, sudah beberapa bulan ini saya menunggu, biaya operasional masih terus berjalan setiap harinya, baik untuk tenaga kerja pihak saya atau alat berat yang sudah ada di sana, saya sudah memberi beberapa solusi, tapi masyarakat masih tergiring oleh oknum pihak bapak, sampai akhirnya demo ini terjadi" ucap putra di dalam telfon dengan walikota

"Saya mengerti, tapi demi kebaikan masyarakat lainya, saya minta untuk ditunda" jawab walikota

"Pak, kalo bapak mengira saya sedermawan ayah saya, bapak salah, saya melihat dengan mata saya sendiri berapa kali ayah saya kecewa dengan instansi di bawah kepemimpinan walikota sebelum bapak, kalo saya tau tanah tersebut bermasalah, saya gaakan pernah sentuh hal ini, tapi bapak sendiri yang bilang sama saya bahwa semuanya bisa dilaksanakan, sekarang mau ngga mau tangan saya harus kotor, bapak yang buat saya di posisi seperti ini" sahut putra

Perdebatan terus terjadi, akhirnya putra dan walikota menyepakati beberapa kesepakatan, putra menyetujui penundaan penggusuran hingga waktu yang belum di tentukan, ia menarik semua pekerja dan alat beratnya.

Pukul 4 Sore, walikota menyiarkan press release bahwa ada surat palsu yang di buat oleh oknum instansi pemerintah yang dimiliki oleh penduduk tersebut, karena seharusnya wilayah tersebut memang bukan untuk pemukiman, saat ini pemerintah sedang melakukan penyeledikan lebih lanjut dibantu oleh pihak berwajib.

**

Pendemo yang membaca berita pada saat di lokasi mulai mempertanyakan apa maksud dari demo yang mereka lakukan, dan berbalik menyalahkan pemerintah atas kejadian ini, media sosial yang sebelumnya mengecam perusahaan berbalik menjadi mengecam pemerintah atas surat tanah palsu, dan mereka berangsur membubarkan diri.

Iren yang mengikuti berita dan kejadian tersebut akhirnya merasa senang dan tenang karena tidak perlu ada darah atau kerusakan di demo kali ini, ia lalu langsung mengirim pesan kepada putra,

"Babyy? what did you do?? whatever it is , you're great! I love you soo much babyy"

Putra membacanya sambil tersenyum ketika dirinya sedang dalam perjalanan ke rumah,

"Checkmate" gumam putra dalam hati.

Tempo Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang