A trip to rember

32 2 0
                                    

Putra dan iren baru saja masuk halaman rumah, iren tidak mengetahui apa yang dimaksud ibu untuk mengundangnya ke rumah, sama seperti putra ketika di tanya jawabanha hanya,

"Gatau"

**

"Lev" sahut putra ketika levi berada di depan garasi sedang mengotak atik mobilnha

"Kak" jawab levi sambil menghampiri dan menyalami mereka berdua.

"Ibu ada kan?" tanya putra

"Ada, di ruangan, langsung kesana aja"

"Oks" jawab putra sambil lanjut berjalan masuk, diikuti oleh iren.

**

"Masuk" jawab ibu ketika putra mengetuk pintu ruangan kerja,

Ia lalu membuka pintu dan masuk diikuti oleh iren, putra tampak langsung menghampiri ibu dan memeluknya, disusul oleh iren.

"Duduk sayang" seru ibu kepada mereka berdua meminta untuk duduk di sofa ruangan

Iren mencoba memperhatikan seisi ruangan, terlihat meja mba alya yang di dekat meja ibu, dengan lemari besar berisi buku ekonomi, bisnis dan sejarah di sekelilingnya rungan, lalu beberapa pajangan guci dan lukisan karya affandi yang selama ini ia hanya bisa melihatnya di internet.

"Ada apa bu?" tanya putra

"Ibu, mau ngasih sesuatu buat kalian" sahut ibu sambil duduk di sofa seberang mereka,

"Apatuh?" tanya putra

Ibu lalu mengeluarkan buku berjudul Rotterdam,

"Buku ini?" tanya putra sambil mengambilnya

"Itu buku panduan, nah sekarang ibu mau ngasih kamu hadiah, untuk bisa merasakan langsung yang ditulis di buku itu"

"Hah?" jawab putra sambil membuka bukunya,

Iren langsung mengerti apa maksud ibu, tapi ia hanya diam mendengarkan

"Maksudnya apa bu?" tanya putra

"Ibu mau kasih kamu hadiah liburan kesana"

"Beneran nih?" tanya putra

"Iya, sama untuk iren juga"

Mata iren terbelak mendengarnya, bahwa ibu ingin memberikan hadiah kepada dirinya juga, ke rotterdam, tempat mama dan keluarga besarnya tinggal, dan tempat ia lahir,

"Dalam rangka?" sahut putra dengan lurus

"Kamu ibu kasih hadiah malah banyak nanya, ya liburan lah sana jangan kerja terus" jawab ibu

"Hehehe, makasih bu" jawab putra sambil berdiri menghampiri dan memeluknya

Iren masih terdiam tanpa kata, mencoba memastikan bahwa ini bukan ini, di kenyataan bahwa ibu putra memberikan nya hadiah liburan ke rotterdam, bersama putra.

"Hei, kenapa ngelamun" sahut ibu kepada iren

"Eh, ini beneran bu?" tanya iren

"Ya beneran sayang, ajak putra ke tempat kelahiran kamu ya, kasih dia liat keindahan negara di sana" jawab ibu

Iren mengangguk, ia tak kuasa menahan haru yang dikatakan ibu, ia berusaha menahan tangisnya, dan ia mencoba memeluk ibu untuk berterima kasih.

********

Iren baru bisa mengeluarkan tangisnya saat ini ketika mereka sedang dalam perjalanan kembali ke penthouse,

"Sayangku seneng?" tanya putra sambil mengemudi dan tangan kirinya mengusap kepala iren

Iren hanya mengangguk sambil menangis,

"Lucu banget sayangku ini" lanjut putra

**

"Yeuhhh kenapa lagi?" tanya gerry ketika melihat mereka masuk dan memandang wajah iren terlihat selesai nangis

Putra hanya tersenyum, dan duduk menyalakan ps,

"Gas fifa!" sahut dean menghampiri yang sebelumnya sedang membuka berkas2 di meja makan

"Gas!" sahut putra

**

Iren duduk di kamar putra, ia sedang mencoba menghubungi Clarissa,

"Halo dek, kenapa" sahut Clarissa mengangkat telfon

"Kak...." sahut iren

"Eh kenapa kamu nangis?"

"Aku mau pulang..."

"Pulang kemana? kamu dimana"

"Engga, minggu depan aku mau pulang ke rotterdam" jawab iren

Ia lalu menjelaskan apa yang terjadi sekalian meminta izin, dengan senang hati Clarisaa mengizinkanya dan langsung mengabari Mama mereka yang ada di Rotterdam setelah selesai telfon dengan adiknya.

********

Keesokan hari putra pergi dengan iren ditemani oleh gerry untuk membeli keperluan dan beberapa koper tambahan,

"Yang bagasinya gaakan kebanyakan ini?" tanya iren ketika melihat jumlah koper yang akan putra dan dirinya bawa

"Gausah mikirin bagasi, kamu juga bakal banyak bawa oleh2 sama makanan dari sini kan buat mama sama nene disana" sahut putra

Iren akhirnya tersenyum karena bisa membawakan apa saja yang mama nya inginkan dari sini.

**

Pukul 5 sore, dean dan gerry mengantarkan mereka berdua ke hangar pesawat pribadi,

"Yang kita naik itu?" tanya iren menunjuk kepada pesawat embraer berukuran kecil

"Bukan, tapi itu" jawab putra sambil menunjukan tangan nya ke pesawat pribadi milik keluarganya dengan tipe Gulfstream G450, berukuran lebih besar, lengkap dengan kamar mandi dan kamar tidur.

Dean dan gerry pernah mencobanya beberapa bulan lalu untuk bertemu putra di Marseille, Prancis.

"Byee, makasih yaa" sahut iren ketika dirinya sudah diantar oleh dean dan gerry, putra tampak berbicara bertiga sebentar dengan mereka, tapi suaranya terhalang oleh suara mesin pesawat yang sudah di nyalakan di belakang nya.

Pesawat tertulis take off pukul 18:02, sesuai jadwal keberangkatan, iren memperhatikan ke sekelilingnya, karena ini adalah pengalaman pertama dalam hidupnya menggunakan pesawat milik pribadi.

Tempo Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang