Quiet Luxury

12 2 0
                                    

Iren malam ini kembali ke rumah nya, karena Clarissa sedang ada di rumah juga, dan ada beberapa barang yang mau ia bawa untuk acara kampus besok yang masih ada di rumah,

"Dek, bejibun banget tuh belanja" canda Clarissa yang sedang menonton tv dan melihat Iren baru kembali pulang

"Baru sampe kak?" tanya iren

"Iyaak, tuh makan, aku bikin risotto"

"Bentar" sahut iren masuk ke kamar menyimpan barang nya lalu menghampiri

Clarissa terlihat sedang mempersiapkan makan untuk iren di meja makan, iren lalu duduk dan menunggunya,

"Thank u" ucap iren ketika clarissa menyajikan ke hadapan nya lalu kembali ke ruang tv

"Dekk, makan nya di sini deh, kakak mau ngobrol" pinta Clarissa

Iren lalu membawa piring nya dan berjalan ke sofa dan duduk di dekatnya,

"Kenapa kak?" tanya iren sambil lanjut makan

"Kamu udah jarang balik ya?" tanya Clarissa karena dirinya juga jarang kembali kerumah semenjak jabatan nya naik menjadi Head Of Operational di kantornya

"Mmhh, kakak juga jarang balik" balas iren

"Kakak kan kerja dek, kamu?"

Iren hanya diam tidak menjawab,

"Jujur aja kali dek, kakak tau kok kamu dimana" lanjut Clarissa

"Iyaa, aku kadang sama putra" jawab iren

"Kakak sih gak masalah ya, selama kamu bisa jaga diri"

"Heemh"

"Tapi kamu jangan terlalu dalem juga sama dia saat ini" ucap Clarissa

"Kenapa emang kak?"

"I think he's dangerous"

"Dalam?" tanya iren

"Kakak baru tau selama ini kakak kerja di perusahaan nya dia"

"HAH? SERIUS?" tanya iren kaget

"Iya, kakak selama ini paling sama VP di kantor aja kan kalo ada apa-apa, terus kakak tadi siang cek dokumen Legal, kakak baru tau kalo perusahaan kakak kerja punya dia juga"

"Terus, bahaya nya di mana kak?"

"Hmmh, kakak bukan ngejelekin ya, ini realita dan fakta aja, takutnya kamu belum tau, dan kamu kan lagi berhubungan sama dia dan lagi banyak tinggal sama dia juga. Kakak cuma takut kalo ada apa-apa kamu keseret"

"Ada apa kak?" tanya iren sambil tetap tenang dan makan

"Dia gaakan segan buat makan orang, dalam artian ngejatuhin perusahaan orang, yang udah kemakan sama perangkap yang dia bikin, terus dia banyak nyuap pejabat sana sini buat banyak usaha dia, isunya presiden yang sekarang lagi menjabat juga itu dulu mayoritas duitnya dari keluarga dia"

"Bukan nya emang bisnis gitu ya kak?" tanya iren lurus

"Iyasih, tapi sekalinya ada yang dendam sama dia, semuanya bisa dikeluarin dan diseret dek"

"Aku udah ngerti kak, beberapa momen aku juga liat sendiri kok"

"Tapi dia selama ini gak pernah sampe culik atau serang orang secara fisik kan kak?" lanjut tanya iren

"Engga sih, tapi terakhir gubernur yang ditangkep, itu di pretelin sama dia juga loh dek"

"....Iya kak, aku tau" jawab iren pelan, karena merasa itu ada kaitanya dengan dirinya juga

"Ya intinya kamu tetep hati-hati ya dek, kalo kamu udah ngerasa enough sama dia better pergi aja"

"Ngomong apa sih kak" lirik iren

"Kalo kakak ngomong tuh dengerin!"

"Iyaaa" jawab iren sambil beranjak ke dapur untuk menyimpan piringnya dan masuk ke kamar

**

Iren sedang membuka pesan di sosial media nya, ia melihat beberapa komentar di pesan pribadi nya, ia membaca nya beberapa,

"Ohh, senengnya sama yang gitu ya" pesan personal dari Dandy yang membalas statusnya

Iren lalu mencoba stalk sosial medianya, Dandy terlihat berhasil mencapai impianya, ia sudah lulus dari Akademi Kepolisian dan sedang lanjut pendidikan selanjutnya. Iren sempat berpikir apakah perlu membalas nya atau tidak, tapi ia mengurungkan niatnya karena memikirkan perasaan putra.

**

"Makasih yaa" sahut fiola ketika selesai acara kampus dan selesai berfoto bersama dengan iren dan teman teman fakultasnya, mereka lalu berpisah

"Kak iren" sapa seorang cowok menghampirinya

"Ehh, iya kenapa?" tanya iren meliriknya

"Maaf, aku dari UKM, kemarin mas putra kasih ini, tapi aku hubungin belum ada respon" sahut dirinya sambil memperlihatkan kartu nama putra

"Ohh, yaudah nanti aku kasih tau ya"

"Makasih ya kak" sahut pria tersebut sambil menundukan badan nya dan pergi

"Heh, Irena Askara" sahut seorang pria lagi

Iren mencoba mencari sumber suara tersebut,

"Willy!" sahut iren ketika melihatnha sedang bersama pasangan nya yang memang adik kelas nya di kampus

"Apa kabar lu?" tanya willy menghampirinya

"Baik, kamu apa kabar?"

"Yeah, begini aja"

"Gila wil, lu beda banget sekarang!"

"Lah elu, liat nih, siapa ini? bukan iren yang gampang tumbang lagi kalo lagi minum kan?" sahut willy sambil meledek

"Heh!"

"Eh, kamu kuliah di mana?" lanjut tanya iren

"Depok"

"Loh, ngga ngikut kakak mu?"

"Kakak? siapa? putra? ogah!"

"Hahaha, enak dong kalian bisa bucin tiap weekend ya beb!" sahut iren kepada pasangan willy yang dulu pernah ditemuinya semasa sekolah

"Yaudah, si putra mau ke sini?" tanya willy

"Engga, dia lagi ada urusan"

"Owalah, yaudah, salamin yak! aku cabut dulu" ucap willy sambil berjalan

"Iyaa, byee wil!" jawab iren sambil melambaikan tangan

**

"Si iren itu darimana sih?"

"Eh iyayaa beda banget sekarang daripada awal dia masuk sini"

"Anjir modal ngangkang doang kali itumah ke putra"

"Mau disebut ani-ani tapi bukan ani-ani"

"Modal apa ya dia bisa sama si putra itu"

"Jadi lonte nya putra doang ngga sih"

"Cantikan juga gue anjir"

Begitulah bisikan yang dibicarakan orang ketika selesai acara fakultas, dan semua mata tertuju pada Iren dengan tampilan yang benar-benar berubah, terutama dari cara berpakaian nya saat ini yang lebih terlihat berselera tinggi, tanpa perlu ada sedikitpun label merek atau logo yang terlihat, kecuali jam tangan nya yang memang sekilas di lihat saja banyak yang mengetahui bahwa itu adalah Rolex Daydate.

Tempo Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang