(Sequel From Rhythm Of Love)
Putra Askara Akhirnya memilih untuk mengikuti wasiat terakhir Ayahnya untuk melanjutkan pendidikan di New York, meninggalkan perasaan yang ada dalam dirinya, meninggalkan orang yang ia sangat sayangi.
Tapi seperti Tempo...
Iren sedang berada di dekat jendela hotel memandangi gedung yang ada di sebrang nya, Claremont Hall, tempat tinggal putra, ia semalaman tidak tidur karena terus menangis, caroline berusaha membuatnya tenang tapi tidak berhasil,
"Ren, belum tidur kamu?" tanya caroline yang terbangun dari tidur nya
Iren hanya diam terus menatapi keluar dengan mata yang sangat sembab,
"Ren, istirahat dulu, udah nanti lagi aja" lanjut olin
Iren masih terdiam.
**
Nabilla sedang memandangi tattoo yang berada di punggung dan tangan putra, ia terbangun lebih dahulu karena telfon dari orangtuanya, ini baru pertama kalinya juga ia memandangi tattoo putra yang ada di punggungnya dari dekat, karena biasanya ia hanya melihatnya selewat jika putra keluar kamar selesai mandi dan kebetulan belum menggunakan baju.
"Masih belum berubah..." gumam nabilla sambil tersenyum yang akhirnya sadar memperhatikan posisi tidur putra yang sering tengkurap membalikan badan, bedanya kali ini otot bahu dan pundak nya lebih menonjol dari sebelumnya
Tak lama putra membalikan badan nya, nabilla masih terus memperhatikan putra, tangan nya tergeletak di dekatnya, ia mencoba meraihnya, lalu menggengamnya beberapa saat, sambil ia coba memotret tangan mereka berdua dengan hp nya,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lucu banget" sahut nabilla melihat hasil foto tersebut, dan menjadikan foto tersebut sebagai wallpaper hp nya.
**
"Makan dulu ren, jangan gitu" sahut caroline yang mencoba menyuapi iren makan yang di pesan dari layanan hotel
Iren sedari pagi masih terdiam melamun tanpa bicara sama sekali,
"Kamu gaboleh gini, kalo emang udah jalan nya nanti juga putra pasti balik" lanjut olin
"Nih makan dulu aa"
Iren lalu perlahan mau membuka mulut nya untuk makan disuapi olehnya,
"Nah gitudong, kalo kamu sakit mana bisa ketemu putra lagi, kamu harus kuat"
"Gapapa, mungkin putra masih mencoba memahami, nanti juga kalo udah tenang dia bakal buka blokirnya"
Iren lalu terlihat menarik nafasnya dan membawa piring makanan yang ada di tangan olin dan memakan nya sendiri.
**
Putra baru selesai dan keluar dari kamar mandi, diikuti oleh nabilla, mereka langsung membereskan barang bawaan mereka karena harus pergi lebih awal dari jadwal sebelumnya, itu karena nabilla meminta untuk transit dahulu di Munich, Jerman. Untuk membeli beberapa pakaian dan dress sebelum lanjut ke Vienna.