Langit masih terang saat Fyan menutup tas laptopnya. Pulang cepat adalah sebuah pencapaian besar. Setiap bulan mungkin bisa dihitung pakai jari saking jarangnya. Posisinya saat ini cukup mengubah ritme kerja Fyan. Biasanya bekerja di lapangan, sekarang hanya bertemu sebentar klien dan meninjau proyek sebentar, baik di dalam maupun luar kota. Meski begitu, Fyan memegang tanggung jawab besar kepada tim serta kepercayaan klien. Sekali melakukan kesalahan, akibatnya bisa ke mana-mana. Maka dari itu, Fyan selalu mendengarkan permintaan klien. Fyan pelajari semuanya supaya berhasil membuat konsep yang bagus. Dengan begitu, tim bisa mengerjakan dengan baik dan klien puas dengan hasilnya.
Kalau pulang cepat begini Fyan ingin segera tiba di rumah, tetapi entah kenapa hari ini dia ingin mampir sejenak ke kafe Ryan. Oh, jangan lupa kirim pesan dulu ke Ratna supaya tahu anaknya sudah selesai bekerja dan sekarang mau main sebentar. Menurutnya, sekecil apa pun sesuatu yang dilakukan, tetap harus ada izin dari sang mama.
Setelah Ratna mengiakan, barulah Fyan berangkat ke kafe Ryan. Jaraknya cukup jauh dari kantornya sekarang. Kalau macet bisa memakan waktu satu setengah jam perjalanan. Hari ini Fyan beruntung. Jalanan tampak lengang. Jadi, bisa sampai di tempat tujuan dalam waktu singkat.
Usai menutup pintu mobilnya, Fyan menatap sejenak gedung berlantai dua yang menjadi sarana Ryan beserta karyawannya mencari cuan. Ruangan yang didominasi warna hitam dan kaca ini letaknya cukup strategis karena dekat dengan sekolah SMA dan kantor. Sehingga di waktu sekarang ini kursi-kursi dipadati para pengunjung.
Fyan mendekat. Ada yang membukakan pintu saat ia ingin masuk. Matanya menyisir ruangan ini, hendak mencari kursi yang kosong. Mungkin koneksinya kuat, Ryan pun muncul menghampirinya.
"Lha, tumben mampir ke sini?" Tentu saja Ryan heran sebab Fyan datang ke tempat ini merupakan salah satu keajaiban dunia.
"Mumpung lagi pulang cepet. Es kopi, dong, satu."
"Oke. Naik aja kalo mau ngadem."
Fyan langsung menaiki tangga menuju lantai duanya. Tangga yang ini merupakan akses kedua, sedangkan yang pertama ada di luar dekat pintu masuk tadi dan di ujung ada yang menjaga, jadi bisa tahu kalau itu pengunjung baru.
Ternyata di lantai dua cukup sepi, hanya beberapa orang yang duduk di dekat balkon. Lantai dua ini semi outdoor. Gunung Ungaran akan tampak dari sini kalau langit sedang cerah. Fyan duduk di salah satu kursi dekat balkon. Angin sedikit mengacak anak rambutnya. Hamparan langit serta serta atap-atap rumah cukup memanjakan matanya.
"Nih, kopinya."
Fyan lantas mengalihkan pandangannya. Matanya sedikit melebar saat tahu Ryan yang mengantarkan minumannya. Bahkan, Ryan juga ikut duduk di hadapannya.
"Ternyata cewek yang waktu itu kamu tolongin ternyata tetangga sebelah rumah kita?"
Fyan tidak jadi mengangkat gelas. Matanya lurus menatap Ryan. "Dari mana kamu tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menembus Partisi - [END]
RomanceMengetahui adiknya mendapat kekerasan verbal dari ibu mertua, juga kasus perselingkuhan yang dialami kakaknya, membuat Fyan yakin tidak menikah seumur hidup adalah keputusan yang tepat. Hanya saja, ia malah terjebak dalam perasaan baru pada seorang...