08 • Fondasi

3.6K 412 63
                                    

2000 kata isinya ngobrol ngalor ngidul ala abang sama adek 😂 semoga banyak yang komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2000 kata isinya ngobrol ngalor ngidul ala abang sama adek 😂 semoga banyak yang komen.

•••

Harusnya Fyan sadar sejak awal kalau roti ini hanya akal-akalan Ryan. Kalau memang titip, Ratna pasti mengingatkannya saat minta izin tadi. Namun, setidaknya dia punya 'bahan' untuk menahan Rianti di sini. Ya, meski tanpa roti pun, dia ingin membicarakan terkait renovasi rumah. Namun, dia yakin pembicaraannya akan berhenti sampai di situ saja.

Selepas salat Magrib, Fyan mengajak Rianti duduk di gazebo kecil berbahan kayu di depan rumah, dengan lampu warna kuning sebagai penerang. Di samping kiri tempat itu ada kolam ikan kecil dan di sebelahnya ada berbagai macam tanaman. Empat tahun yang lalu, Fyan yang membuatnya. Sekarang tempat ini selalu dipakai Hartanto untuk menerima tamu atau sekadar santai bersama Ratna. Kalau Melisa datang ke sini siap-siap saja kotor dan tanamannya rusak karena si kembar aktif sekali.

Belum ada yang bicara padahal sudah duduk sepuluh menit yang lalu. Fyan terus memandang Rianti yang matanya ke mana-mana. Saat saling tatap, perempuan itu memilih menunduk. Hal itu justru memantik penasarannya. Apa gadis ini gugup?

Fyan tidak tahan diam saja. Kalau Rianti tidak mengajaknya bicara, maka dia yang harus memulai lebih dulu. "Gimana hari pertamanya, Mbak?"

Barulah Rianti menatap wajahnya. Tangannya berada di bawah meja kecil yang menampung roti dan teh hangat. "Awalnya datar, tapi menjelang jam pulang malah banyak pasien di IGD. Korban kecelakaan beruntun. Saya jadi terlambat pulang."

Apa yang dikatakan Rianti rupanya ada kaitannya dengan perjalanan pulang tadi. Fyan sempat terjebak macet. Padahal paginya saat berangkat jalan sangat lancar.

"Kalau Mas emang suka pulang jam segini?" Kali ini Rianti yang melempar pertanyaan.

"Nggak. Ini karena kerjaan udah beres lebih cepat aja. Biasanya saya pulang di atas jam sembilan."

"Kenapa pulang larut malam?"

"Ya, karena saya suka dengan pekerjaan saya. Terus kalau pulang cepat, paling cuma ngobrol sebentar sama mama papa, sisanya nggak tahu mau ngapain. Lagian kalau saya kerja keras, nanti akhir bulan saya bisa ambil jatah libur."

"Kalau libur biasanya ngapain?"

"Naik gunung."

Mata Rianti melebar usai mendengar jawaban itu. "Mas suka naik gunung?"

"Lebih tepatnya saya suka jalan-jalan. Entah itu mau ke gunung, ke pantai, atau ke tempat lain. Intinya jalan-jalan dan saya menemukan sesuatu yang baru di sana."

"Mas udah naik gunung mana aja?"

"Baru di sekitar pulau Jawa, sih. Kayak gunung Bromo, Prau, Sumbing, Sindoro, gunung Ungaran, Merbabu. Saya pengen nyoba naik Rinjani, tapi katanya medannya berat."

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang