11 • Antibodi

4.8K 448 16
                                        

Rianti C: Lex, aku pulangnya agak malem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rianti C: Lex, aku pulangnya agak malem. Tolong bilangin ke Papa, ya!

Terkirim. Rianti mengalihkan layarnya ke aplikasi YouTube, membuka salah satu tutorial mengenakan jilbab segiempat. Sebelum memutar videonya, Rianti menyandarkan ponselnya di dinding. Ia mengikuti arahan dari sang tutor. Namun, ia merasa kesulitan saat mengepaskan kain kerudung di kepala. Kainnya licin sehingga tidak mau dibentuk.

"Aduh!" rintih Rianti ketika akan menyematkan jarum peniti ke kain, tetapi justru mengenai kulit lehernya. Tidak berdarah. Hanya perih seperti digigit semut.

Rianti menyerah. Ia menukar jilbab segiempat tadi dengan kerudung instan dari dalam tas. Setelah melekat di kepala, Rianti baru sadar ternyata tidak menutup dada sepenuhnya. Beginilah kalau beli tanpa bertanya lebih dulu. Jilbab segiempatnya licin, kerudung instannya kependekan.

"Nggak apa-apa, deh. Yang penting ketutup dulu rambutnya," kata Rianti seraya memandang pantulan wajahnya di cermin.

Selanjutnya, Rianti mengenakan hoodie dan rok panjang untuk menutupi pakaian dinasnya. Sebelum pergi, Rianti memastikan penampilannya sekali lagi. Kerudung hitam, hoodie abu-abu, dan rok panjang hitam. Cukup meningkatkan kepercayaan dirinya yang sebentar lagi akan bertemu dengan murabbi-nya.

Murabbi yang akan Rianti temui nanti merupakan rekomendasi dari guru sebelumnya. Kebetulan mualaf center tempat Rianti belajar Islam di Jogja juga punya cabang di sini, sehingga sangat mudah untuk pindah. Sayang sekali Rianti pergi sendirian kali ini. Tadinya ia ingin minta ditemani Nurul, akan tetapi temannya itu dapat jadwal jaga malam. Tidak masalah. Toh, Rianti bisa minta tolong ditunjukkan jalannya oleh pengemudi ojek.

Kakinya melangkah lebar usai keluar dari lift. Sesekali kepala Rianti celingak-celinguk, memastikan tidak ada orang lain yang menemukannya. Bahkan, Rianti jalan sambil menunduk agar tidak ada yang mengenalinya.

Rianti mempercepat langkahnya begitu pintu utama terlihat. Namun, tiba-tiba saja bahunya ditabrak seseorang dari belakang. Untung saja Rianti masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Aduh, kalau jalan itu jangan di tengah, dong! Nggak tahu apa kalau saya lagi buru-buru?"

Semula Rianti ingin langsung kabur karena buru-buru, tetapi setelah mendengar suara laki-laki di belakang itu, Rianti otomatis memutar tubuhnya. Tebakannya benar, orang yang menabraknya barusan adalah residen menyebalkan bernama Rudi.

"Kakak yang nabrak saya, kenapa saya yang disalahin? Saya ada di jalan yang bener, kok!" sergah Rianti.

Mata Rudi melebar setelah melihat Rianti yang mengenakan pakaian berbeda dari biasanya. "Lho, ternyata kamu? Kok, pakaian kamu begini?"

"Dokter itu bukan cuma punya otak yang pintar, tapi juga harus punya attitude yang bagus. Kalau sikap dokter arogan kayak Kakak gini, pasien mana yang mau diperiksa sama Kakak? Bukannya itu ada materinya waktu masih di FK? Apa jangan-jangan waktu materi itu, Kakak titip absen?"

Menembus Partisi - [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang